Seorang gadis duduk sendirian di warung bakso yang ada di
komplek rumahnya. Dia meminum es jeruk sambil sesekali melihat orang-orang yang
sedang makan bakso di dekatnya. Dia terlihat cantik mengenakan celana jins,
baju putih, dan sepatu terepes. Kepalanya dibalut jilbab yang ditata cantik.
Dia memang seorang muslimah yang modis, anggun, dan cantik.
Wajahnya langsung sumringah saat melihat seorang pria tinggi
dan tampan berjalan ke arah warung bakso. Pria bermata agak sipit itu
berpakaian rapi dengan celana jins, baju putih, dan sepatu gaul. Dia tersenyum
dan melambaikan tangan pada gadis yang duduk menunggunya.
“Hai, Rayya.. Assalamu’alaikum.” sapa pria yang rambutnya
ditata khas anak muda.
“Hai, Fahri.. Wa’alaikumsalam.” balas Rayya lalu tersenyum.
“Maaf ya aku terlambat, Rayya.. Tadi sehabis sholat Ashar,
aku mau langsung ke sini. Tapi Mama minta dibeliin sesuatu ke mini market.
Soalnya bi Munah lagi repot di dapur.”
“Ngga apa-apa kok, aku juga belum lama di sini. Tadi selesai
sholat Ashar, aku juga nungguin Aliya pulang dulu. Soalnya Papa sama Mama baru
pergi, mbak Sumi masih pulang kampung.”
Fahri melihat jam tangannya. Pukul lima lebih sepuluh menit.
“Masih ada waktu untuk makan bakso sebelum adzan Maghrib. Kita makan dulu
yukk...”
“Iya. Yuukk kita pesan sama bang Amir.”
Rayya dan Fahri adalah tetangga di komplek perumahan Griya
Asri, rumah mereka hanya berbeda blok. Sudah dua tahun ini mereka pacaran. Tapi
seperti itulah gaya pacaran mereka, tidak seperti anak muda pada umumnya.
Mereka menjalin hubungan dengan sangat menjaga diri masing-masing.
Selama mereka pacaran tidak pernah sekalipun mereka
melakukan hal-hal yang melanggar agama. Mereka adalah anak muda yang sholeh dan
sholeha. Walaupun mereka anak muda yang gaul dan selalu mengikuti perkembangan
zaman, tapi mereka rajin beribadah dan kelakuannya santun.
Sudah kesekian kalinya, Rayya dan Fahri membuat janji untuk
bertemu selepas sholat Ashar seperti ini. Biasanya mereka akan makan bakso atau
siomay atau mie ayam di warung yang ada di komplek rumah mereka. Setelah itu
mereka akan mengobrol panjang lebar sambil menunggu adzan Maghrib. Jika Maghrib
sudah datang, mereka akan sholat bersama-sama di masjid komplek rumah.
Adzan Maghrib berkumandang dengan indahnya. Rayya dan Fahri
menyudahi obrolan mereka. Rayya berdiri dari kursinya sambil menenteng tas
kecil dan tas mukena. Fahri juga berdiri sambil memegang peci yang tadi
dibawanya. Fahri membayar bakso dan minuman kepada bang Amir, lalu dia dan
Rayya berpamitan kepada penjual bakso yang sudah akrab dengan mereka.
“Sekarang kita sholat berjamaah dulu ke masjid ya..
Besok-besok kita janjian lagi setelah sholat Ashar.” ajak Fahri.
“Iya. Masih ada hari esok untuk bertemu lagi.” ucap Rayya.
Dua sejoli itu berjalan beriringan menuju masjid untuk
menunaikan ibadah sholat Maghrib bersama.