4 Februari 2014

BEKERJA ITU SUSAH, BUKAN BERARTI TIDAK BISA

Apakah anda masih ragu dan banyak berpikir untuk mulai bekerja? Sebenarnya bekerja itu tidak sesulit yang dibayangkan. Rasulullah SAW pernah memberikan contoh dan pelajaran menarik tentang bekerja. Suatu hari ada seorang laki-laki kaum Anshar datang kepada Rasulullah SAW dan meminta sesuatu kepada Beliau. Rasulullah SAW bertanya, “Adakah sesuatu di rumahmu?” “Ada, ya Rasulullah!” jawabnya, “Saya mempunyai sehelai kain tebal, yang sebagian kami gunakan untuk selimut dan sebagian kami jadikan alas tidur. Selain itu saya juga mempunyai sebuah mangkuk besar yang kami pakai untuk minum.” “Bawalah kemari kedua barang itu,” sambung Rasulullah SAW. Laki-laki itu membawa barang miliknya dan menyerahkannya kepada Rasulullah SAW. Setelah barang diterima, Rasulullah SAW melelangnya kepada para sahabat yang hadir pada saat itu. Kemudian uang yang didapat oleh Rasulullah SAW dari lelang diserahkan kepada laki-laki tersebut dan berkata, “Belikan satu dirham untuk keperluanmu dan satu dirham lagi belikan sebuah kapak dan engkau kembali lagi ke sini.”
Tak lama kemudian orang tersebut kembali menemui Rasulullah SAW dengan membawa kapak. Rasulullah SAW melengkapi kapak itu dengan membuatkan gagangnya terlebih dahulu, lantas berkata, “Pergilah mencari kayu bakar lalu hasilnya kamu jual di pasar, dan jangan menemui aku sampai dua pekan.”
Laki-laki itu taat melaksanakan perintah Rasulullah SAW. Setelah dua pekan berlalu ia menemui Rasulullah SAW untuk melaporkan hasil kerjanya. Laki-laki itu menuturkan bahwa selama dua pekan ia berhasil mengumpulkan uang sepuluh dirham setelah sebagian dibelikan makanan dan pakaian. Mendengar penuturan laki-laki itu, Rasulullah SAW bersabda, “Pekerjaanmu ini lebih baik bagimu daripada kamu datang sebagai pengemis yang akan membuat cacat di wajahmu kelak pada hari kiamat.”
Kisah tersebut di atas adalah contoh bahwa bekerja itu memang sulit tapi tetap bisa dilakukan jika kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Dari perjuangan laki-laki kaum Anshar itu, kita bisa mengambil pelajaran bahwa apa yang kita miliki bisa kita gunakan untuk modal bekerja, apakah itu barang, tenaga, ataupun ilmu. Yang terpenting adalah usaha kita untuk melakukan sesuatu agar bisa menghasilkan. Selama kita mau menggerakkan tangan dan kaki, hasil sekecil apapun akan kita peroleh. Tuhan tidak akan menutup pintu rezeki bagi umat-Nya yang mau berusaha dan berdo’a. Jadi, apakah sudah siap untuk mulai bekerja?
Lihatlah sekitar kita, banyak orang yang sukses. Mereka membangun kesuksesan itu dengan air mata dan keringat, bahkan harus jatuh bangun berkali-kali. Perjuangan dan usaha keras mereka lakukan untuk mencapai tujuan. Tidak ada yang membangunnya dengan bermalas-malasan dan setengah hati. Jika mereka bisa, anda juga pasti bisa.
Saat kita melihat sekeliling, ada banyak orang yang sukses, jangan jadikan hal itu sebagai rasa iri dalam diri kita. Justru jadikan itu sebagai tantangan untuk kita agar bisa maju dan sukses seperti mereka. Puaskan diri kita untuk mengamati orang-orang yang sudah lebih dulu berhasil dari kita. Tidak mengapa kita melihat ke atas untuk tujuan yang baik. Dari situ kita bisa mengmbil ilmu dari mereka untuk kita contoh. Dalam hidup ini, memang ada kalanya kita perlu melihat ke atas untuk memotivasi diri agar bisa menjadi lebih baik. Karena kalau kita hanya terus melihat ke bawah, hidup kita tidak akan bisa maju. Tujuan kita melihat ke bawah adalah agar kita selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki.

PEREMPUAN MULIA YANG MENJADI TELADAN

Ada seorang tokoh perempuan yang patut kita teladani karena kemandiriannya, dialah Siti Khadijah, istri pertama Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah sosok perempuan agung yang cerdas, teguh, dan berperangai luhur. Terlahir dalam keluarga yang kaya dan memiliki almarhum suami yang juga kaya, menjadikan Siti Khadijah sebagai wanita terkaya di kalangan bangsa Quraisy.
Namun kekayaan yang berlimpah tidak lantas membuat Beliau terlena dan lupa diri. Justru Beliau menjadi perempuan yang ulet dalam mengelola bisnisnya. Bahkan Beliau pernah menjalin kerja sama bisnis ke negeri Syam. Di samping kesibukannya mengurusi perniagaannya, Beliau tetap memprioritaskan mendidik anak-anaknya. Karena baginya keluarga tetaplah yang utama.
Ketika Siti Khadijah kemudian menikah dengan Nabi Muhammad SAW, Beliau tetap berbisnis dan melanjutkan perniagaannya tanpa pernah sekalipun melalaikan tugasnya sebagai istri dan ibu. Bahkan harta dari dari hasil jerih payah Beliau itu sangat banyak membantu dalam dakwah Rasulullah SAW di masa awal, dimana kala itu belum ada sumber-sumber dana penunjang dakwah yang bisa diandalkan. Satu-satunya sumber sebagai donator yaitu dari istri Rasulullah SAW sendiri.
Sebagai kaum hawa, Siti Khadijah telah membuktikan bahwa dirinya mampu mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan baik serta memajukan bisnisnya dengan kedua tangannya. Profesinya sebagai pebisnis yang sukses dan ibu rumah tangga, mampu dijalaninya dengan baik tanpa harus mengorbankan salah satunya.
Hikmah yang dapat diambil dari kisah Siti Khadijah adalah keuletannya, kesungguhannya, kecerdasannya, dan ketelitiannya dalam menjalankan usaha perdagangan. Tetapi semua usahanya itu  tidaklah menjadikan dirinya semata-mata untuk kesenangan yang bersifat keduniawian semata. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, Siti Khadijah dengan rela memberikan hartanya untuk kepentingan dakwah Rasulullah SAW. Dan hal itu, Beliau lakukan sampai ajal menjemputnya.
Dalam kisah Siti Khadijah tersebut, Allah SWT telah mengabadikan teladan bagi kaum perempuan. Siti Khadijah adalah perempuan yang cerdas, ibu rumah tangga yang amanah, pendidik bagi anak-anaknya, pengusaha yang sukses, dan pejuang di jalan Allah SWT.
Maka kita sebagai makhluk Allah SWT, sudah seharusnya jika mencontoh dan mengikuti Siti Khadijah, karena bekerja merupakan ibadah yang sangat memiliki nilai pahala. Islam dan agama lain tidak pernah menghalangi kaum perempuan untuk produktif dalam mencari karunia Allah SWT di dunia ini dengan bekerja, bahkan menganjurkan agar kaum perempuan tidak kalah produktifnya dengan kaum laki-laki.
 


WANITA KARIER VS IBU RUMAH TANGGA

Bagi perempuan yang sudah menikah, pilihan menjadi ibu rumah tangga atau wanita karier sering menjadi dilemma. Banyak perempuan yang akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja setelah menikah. Alasan mereka macam-macam, ada yang dilarang suami, ingin fokus mengurus keluarga, tidak bisa membagi waktu dengan baik, dsb.
Tapi yang paling sering saya temui adalah mereka dilarang oleh suaminya untuk bekerja karena khawatir tidak bisa mengurusi keluarga. Karena penasaran, saya mencoba bertanya kepada beberapa teman dan saudara saya. Apakah seorang istri sebaiknya diizinkan untuk bekerja atau tidak? Apa alasannya?
Sebagian dari mereka mengizinkan untuk tetap bekerja, selama istri mampu membagi waktu dengan baik dan tetap mengutamakan keluarga. Alasan mereka mengizinkan ada 2: yang pertama, membantu suami untuk mencukupi kebutuhan keluarga; yang kedua, agar istri punya kesibukan dan bisa mengapresiakan dirinya. Untuk alasan yang kedua, mereka rata-rata tidak ingin melihat istrinya hanya di rumah. Mereka ingin istrinya bisa berkarya dan waktunya bermanfaat. Bagi mereka, istri yang bekerja akan lebih bisa mengimbangi suami dalam segala hal. Karena ruang gerak dan wawasannya lebih luas.
Sedangkan bagi sebagian lagi, mereka tidak mengizinkan istri untuk bekerja. Alasan mereka juga ada 2: yang pertama, agar istri bisa sepenuhnya mengurus suami, anak, dan rumah. Mereka tidak mau istri membagi waktunya untuk kesibukan lain di luar; yang kedua, mereka khawatir jika nantinya istri punya karier yang lebih bagus dari mereka. Karena itu mereka merasa lebih nyaman jika istri berada di rumah saja. Dengan begitu mereka merasa memiliki power sebagai suami dan tugas untuk mencari nafkah, sepenuhnya ada di pundaknya.
Itulah pandangan dan pendapat dari laki-laki. Ada yang mengizinkan istri untuk bekerja dan ada yang tidak. Mereka memiliki alasannya masing-masing. Tapi bagaimana dengan pendapat dan pilihan dari perempuan sendiri. Saat mereka sudah menikah, apa yang mereka pilih? Menjadi ibu rumah tangga atau wanita karier?
Pernikahan adalah penyempurnaan ibadah dari dua insan manusia, perempuan dan laki-laki. Tujuan dari pernikahan adalah untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawwadah, wa rahmah. Dengan menikah, maka manusia sudah menyempurnakan separuh agama (Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang hamba menikah maka sungguh orang itu telah menyempurnakan setengah agama maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah SWT dalam setengah yang lainnya.”). Dalam pernikahan, suami dan istri memiliki tugas dan kewajibannya masing-masing. Suami sebagai imam dan kepala keluarga wajib bekerja untuk menafkahi, melindungi, dan mengayomi. Istri sebagai penyeimbang keluarga wajib untuk mengurus suami, anak, dan rumah tangga.

BERILMU ITU WAJIB HUKUMNYA

“Ilmu itu teman dalam kesendirian, sahabat dalam keterasingan, penolong ketika ada kesulitan, dan simpanan kematian.”

Dalam agama Islam diajarkan bahwa ada tiga amalan yang akan terus mengalir pahalanya walaupun manusia itu telah meninggal dunia, yaitu:
1.   Ilmu yang bermanfaat;
2.   Amal jariyah; dan
3.   Do’a anak sholeh
Sangat jelas bahwa ilmu itu sangat penting bagi setiap umat manusia. Karena manfaat dari ilmu itu sendiri tidak hanya berlaku di dunia, namun juga menjadi bekal di akhirat kelak. Betapa dahsyatnya nilai dari sebuah ilmu itu. Sekalipun dia tidak terlihat oleh mata, tapi maknanya begitu besar bagi kehidupan di dunia dan di akhirat.
Di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, terdapat beberapa perintah yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu agar tergolong menjadi umat yang cerdas dan jauh dari kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha dengan jalan bertanya, melihat, atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu itu terdapat dalam Hadits Rasulullah SAW:
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi tiap Muslim, baik laki-kali maupun perempuan.” (HR. Ibnu Majah)

Setiap manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu dunia yang memberi manfaat dan kegunaan dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar kita tidak dikategorikan sebagai manusia terbelakang dan dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhoi Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda:
Carilah ilmu dari asuhan sang Ibu (tidak terbatas waktunya), hingga masuk liang kubur.”
Semua agama mewajibkan para umatnya untuk mencari ilmu, bukan hanya ilmu agama namun juga ilmu pengetahuan umum yang membawa kebaikan dan berguna bagi kehidupan manusia di dunia, selama tidak bertentangan dan merusak ajaran agama.

 Carilah ilmu pengetahuan sampai ke negeri Cina.”

Ilmu adalah Pedoman Hidup bagi Umat Manusia
Apakah anda sepakat dengan saya, jika ilmu adalah pedoman bagi semua orang untuk menjalani hidup? Tanpa ilmu, kita ibarat berjalan dalam kegelapan sehingga tidak tau kemana arah langkah kaki kita. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa menjalani hidup dengan baik karena kita tidak tau caranya. Kita tidak akan bisa membedakan mana yang baik dan buruk, benar dan salah, halal dan haram. Kita akan sulit meraih kemakmuran, keberhasilan, dan kemenangan.

“Ilmu itu akan melapangkan hati, membuka cara pandang, dan memperluas cakrawala.”

Ada seorang anak yang ingin lulus sekolah dengan nilai tinggi. Sebenarnya itu bukan hal yang mustahil jika dia mau belajar dengan sungguh-sungguh. Karena menjadi pintar atau bodoh itu bukanlah takdir, tapi itu adalah pilihan. Kalau dia ingin menjadi pintar dan cerdas, dia harus belajar dan berusaha. Jika orang lain bisa, mengapa dia tidak? Jangan memilih jalan pintas dengan mencontek atau berbuat curang untuk mendapatkan nilai tinggi. Walaupun nantinya berhasil lulus, tapi tidak menjadikan otak dia berisi dan pandai. Keberhasilan yang dia raih hanyalah sebuah kemenangan yang semu.
Bahwasanya ilmu memang mahal harganya, bahkan terkadang tidak ternilai dengan uang. Untuk mendapatkannya butuh usaha dan kerja keras. Kalau begitu, apakah itu berarti  ilmu hanya milik orang-orang kaya? Tidak! Ilmu adalah milik seluruh umat manusia, baik itu laki-laki-perempuan, tua-muda, kaya-miskin semuanya berhak memiliki ilmu.
Ilmu itu sangat luas dan jumlahnya tidak terhitung. Untuk mendapatkan ilmu, bukan hanya di bangku sekolah tempatnya. Ilmu bisa kita dapatkan dimana saja, dari orang lain, buku, media (tertulis/elektronik), dan sebagainya. Tidak ada batasan ruang dan waktu untuk ilmu. Jangan berpikir bahwa untuk mendapatkan ilmu itu harus punya banyak uang, yang paling utama dibutuhkan adalah niat dan usaha kita untuk memperolehnya.
Kalau memiliki banyak uang, kita bisa sekolah hingga S3, membeli bermacam-macam buku, serta melakukan apa saja yang kita mau untuk mendapatkan ilmu. Tapi jika uang yang dimiliki hanya sedikit atau tidak ada sama sekali, kita harus bisa lebih kreatif untuk mendapatkan ilmu. Misalnya mencari bea siswa untuk sekolah, meminjam buku di perpustakaan atau teman, belajar dari orang yang lebih pandai, menonton di televisi, membaca buku atau surat kabar di toko buku atau di tempat umum yang menyediakan. Apapun caranya, jika kita mau berusaha dan belajar maka jalan untuk memperoleh ilmu akan terbuka lebar.
Tidak ada batasan usia dan perbedaan gender dalam mencari ilmu. Siapa saja diperbolehkan untuk menuntut ilmu. Jangan pernah ada kata ‘berhenti’ untuk menggali ilmu dimanapun kita berada. Karena saat kita berhenti untuk mencari ilmu, saat itulah kita akan ‘mati’ sebab otak kita akan berhenti berpikir dan diri kita akan terjatuh dalam kegelapan.

“Seseorang yang berhenti belajar adalah orang lanjut usia, meskipun umurnya masih remaja. Seseorang yang tidak pernah berhenti belajar akan selamanya menjadi pemuda.” (Henry Ford)

“Hiduplah seakan engkau akan mati besok. Belajarlah seakan engkau akan hidup selamanya.” (Mahatma Gandhi)

Dengan memiliki ilmu, kita akan lebih mudah menjalani hidup. Karena kita tidak akan menjadi manusia yang bodoh dan tidak tau apa-apa. Sungguh sangat merugi jika kita tidak memiliki ilmu. Untuk mendapatkan pekerjaan saja pasti sulit. Kalaupun memperoleh pekerjaan, itu bukan pekerjaan yang besar. Tidak mungkin seseorang yang hanya lulusan SMP bisa menjadi seorang direktur utama sebuah perusahaan besar. Kecuali dia anak orang kaya yang memiliki bisnis keluarga. Tapi apakah semua orang di dunia ini adalah anak orang kaya yang punya bisnis keluarga? Saya pastikan jawabannya: TIDAK!

“Bi al-Lughoh na’rifu al-‘ilma wa bi duunihaa kunna fi adh-dhalaam. (Dengan bahasa kita bisa menguasi ilmu dan tanpanya kita akan berada dalam kegelapan (kebodohan)).”
Saya pernah bertanya kepada sahabat saya, “Mengapa kamu sangat menyukai membaca?”. Karena disekitar saya ada banyak perempuan yang malas membaca, apalagi setelah menikah dan punya anak. Mereka beralasan bahwa tidak punya waktu. Tapi sahabat saya ini berbeda, dia sangat rajin membaca dan mengikuti berita. Maka sahabat saya menjawab, “Aku ingin menambah ilmu. Walaupun sekarang aku menjadi ibu rumah tangga, tapi aku ingin berwawasan luas. Karena aku harus mendidik anakku dengan benar dan menjadi partner diskusi yang baik untuk suamiku. Aku juga harus bisa mengikuti setiap perkembangan berita yang terjadi. Mencari ilmu itu kan ibadah.”
Saya terkesan dengan jawaban dari sahabat saya itu. Tujuan dia untuk mencari ilmu adalah untuk membekali dirinya dalam mendidik anak, menjadi partner suami, dan beribadah. Menurut saya, dia adalah contoh perempuan yang patut ditiru semangatnya untuk terus mencari ilmu.
Memang seharusnya begitu, seorang manusia wajib berilmu sebagai bekal hidup di dunia sampai di akhirat nanti. Karena manusia yang tidak memiliki ilmu akan jatuh dalam kesengsaraan serta kehinaan di dunia sampai ajalnya tiba.

Rasulullah SAW bersabda:
Dan siapa yang menginginkan dunia maka dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan akhirat maka dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan keduanya (dunia-akhirat) maka dengan ilmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebagai individu, manusia merupakan sosok pertama yang tidak mengetahui apa-apa walau hanya sedikit. Maka bekalilah hidup dengan ilmu, hiduplah dengan ilmu untuk menutupi kekurangannya itu. Ilmu yang wajib dicari oleh seseorang adalah ilmu yang mengantarkan dirinya kepada kebenaran dan menjauhkannya dari kesesatan.
Dalam menuntut ilmu, ada beberapa adab yang harus kita perhatikan. Agar ilmu yang kita pelajari dapat bermanfaat dan mendatangkan berkah bagi diri kita sendiri dan orang lain. Adab-adab tersebut adalah:
1.    Niat
Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Bukan untuk menyombongkan diri, menipu orang lain ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain.
2.    Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah mengisyaratkan dalam firman-NYA yang berbunyi: “Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3.    Terus-menerus
Hendaklah kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin Ayyinah: Seseorang akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia menganggap dirinya telah berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.” Allah lebih menyukai amalan yang sedikit tapi dilakukan secara terus menerus dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan sehari saja.
4.    Sabar dalam Menuntut Ilmu
Salah satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah sabar terhadap gurunya. Kita jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan dalam memahami dan mempelajari ilmu. Allah tidak menyukai orang yang berputus asa dari rahmat-NYA.
5.    Menghormati dan Memuliakan Orang yang Menyampaikan Ilmu kepada Kita
Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya pada saat yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan memperhatikan ketika Beliau menerangkan, dan sebagainya.
6.    Baik dalam Bertanya
Bertanya hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk meremehkan, menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya. Orang yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak bagi dirinya sendiri. Allah pun memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang berilmu seperti dalam firman-NYA.
Tujuan menuntut ilmu bukanlah untuk mendapatkan ilmu semata-mata, tetapi untuk memahami dan menguasainya agar kita dapat melaksanakan perintah Allah SWT, membangun kekuatan serta mencari manfaat untuk umat manusia karena merekalah calon pemimpin di masa depan. Oleh karena itu, kemakmuran  umat manusia sangat bergantung kepada pemimpin dan cara kepemimpinannya.

Rasulullah SAW bersabda:
“Wahai Aba Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah lebih baik bagimu daripada shalat (sunnah) seratus reka’at, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik daripada shalat seribu reka’at.” (HR. Ibnu Majah)

Seandainya Allah tidak mengutus Rasulullah untuk menjadi guru manusia dan guru dunia, sudah dapat dipastikan manusia akan berada dalam kebodohan sepanjang waktu. Walaupun akal dan otak manusia mungkin menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan, namun masih ada hal-hal yang tidak dapat dijangkaunya, yaitu hal-hal yang di luar akal manusia. Untuk itulah Rasulullah diutus ke dunia ini. Mengingat pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia secara luas agar mereka tidak berada dalam kebodohon dan kegelapan, maka diperlukan kesadaran bagi para umat manusia untuk bergandengan tangan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Maka bagi mereka yang suka menyembunyikan ilmunya akan mendapat hukuman, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya, maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka.” (HR. Abu Dawud)

“Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya daripada berkhianat dalam harta.” (HR. Abu Na’im)

Marilah kita menuntut ilmu pengetahuan sebanyak mungkin tanpa ada batasnya dengan penuh keikhlasan dan tekad untuk mengamalkannya kepada semua orang, agar kita semua dapat memetik hasil dan buahnya di akhirat nanti.


Ilmu Mengangkat Derajat Manusia
Sebaik-baik hasil yang diperoleh manusia dan direngkuh hatinya adalah ilmu dan iman. Dengan kedua hal inilah seorang manusia bisa meraih derajat yang tinggi di dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan dijadikan sebagai motor penggerak untuk merubah kehidupan ke arah yang lebih baik. Ilmu diangkat ke tahap paling tinggi, karena tanpa ilmu pengetahuan segala kegiatan akan menemui kegagalan dan tidak sampai kepada tujuannya.
Dalam agama, ilmu pengetahuan adalah tolok ukur yang jelas untuk membedakan antara seseorang dengan yang lain. Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT melalui firmannya:
Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang-orang berakallah yang mampu menerima pelajaran” (Q.S. Az-Zumar: 9)

Manusia adalah mahluk yang berakal. Dengan otak manusia dapat berpikir dan memiliki daya nalar untuk mengumpulkan ilmu pengetahuan yang tersembunyi di alam jagad raya.
Ada satu cerita dari seorang kenalan saya, dia mengatakan kalau sedang mencari asisten. Syaratnya lulusan S1 dengan nilai IPK minimal 3,00 dan punya pengalaman kerja minimal 2 tahun. Saat saya tanya, “mengapa syaratnya harus seperti itu untuk menjadi asisten anda? Apakah lulusan D1 atau D3 tidak cukup?” Lalu dia menjawab, “saya ingin memiliki asisten yang cerdas dan berpengalaman untuk membantu saya. Pekerjaan saya ini membutuhkan kepintaran, apalagi saya banyak berinteraksi dengan orang-orang, jadi asisten saya harus bisa melakukannya. Saya tidak mau punya asisten yang tidak bisa apa-apa dan tidak tau apa-apa.”
Dari situ saya menyimpulkan, bahwa orang yang cerdas akan lebih mudah dalam berkomunikasi dan bekerja. Artinya, bagi orang-orang yang berilmu, mereka yang masuk dalam golongan orang yang tidak cerdas akan tidak nyaman untuk berkomunikasi dan sulit untuk dibawa dalam lingkungan pekerjaan. Sehingga orang-orang yang tidak berilmu itu hidupnya akan sulit untuk berkembang dan maju.
Memang harus diakui, bahwa orang-orang yang berilmu dan cerdas itu lebih dihargai dimanapun dia berada. Keberadaannya selalu akan lebih mudah untuk diterima. Tidak heran jika orang-orang yang berilmu dan cerdas itu lebih mudah mendapatkan apapun, karena kekayaan ilmu dan kecerdasan otak yang dimilikinya.
Tetapi kecerdasaan dalam berilmu harus diimbangi dengan keimanan. Keduanya harus seiring sejalan agar kehidupan berjalan seimbang dan kesuksesan dapat diraih. Dan orang-orang yang beriman dan berilmu itulah golongan manusia yang berhak menyandang derajat tinggi.

“Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta, tetapi agama tanpa ilmu pengetahuan = lumpuh.” (Albert Einstein)

Namun sayangnya sebagian besar manusia masih keliru dalam memahami hakikat ilmu dan iman, dua sarana untuk meraih kebahagiaan dan derajat yang tinggi. Akibatnya, masing-masing golongan mengira bahwa ilmu dan iman yang mereka miliki adalah ilmu dan iman yang dapat membuat mereka memperoleh kebahagiaan, padahal sebenarnya tidak demikian. Justru, sebagian besar dari mereka tidak mempunyai iman yang menyelamatkan dan ilmu yang mengangkat derajat mereka. Mereka telah menutup jalan untuk meraih ilmu dan iman yang dibawa dan diserukan oleh Rasulullah kepada seluruh umatnya. Padahal, ilmu dan iman itulah yang menjadi pegangan Rasulullah dan para sahabat sepeninggal Beliau, beserta semua orang yang mengikuti jalan dan jejak mereka.
Ilmu dan iman tidak dapat dipisahkan. Kedua-duanya saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Iman dan ilmu harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat mengangkat derajat manusia. Sebagaimana dalam firman Allah SWT:
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.S. Al-Mujadilah:11)

Kedudukan serta martabat orang berilmu diangkat dan diletakkan di tempat yang tinggi. Ilmu dapat mengangkat derajat seseorang kepada derajat yang tinggi di sisi Allah dan masyarakat. Ilmu pengetahuan akan membawa manusia ke arah kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, memberi kekuatan ketika dalam kesusahan dan berhadapan dengan musuh. Dengan ilmu, manusia dapat menjalankan ibadah secara sempurna serta melaksanakan peranan sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan sebaiknya.
Selain itu, ilmu pengetahuan juga merupakan alat bagi mencapai tahap keimanan sempurna dan pengukur ketakwaan seseorang kepada penciptanya. Dengan ilmu, manusia dapat menjalankan ibadah secara sempurna serta melaksanakan peranan sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan sebaiknya.
Ilmu agama atau ilmu yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits akan menjadi benteng yang mencegah seseorang untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama, dapat menolak kebodohan, serta pengontrol untuk menikmati kesenangan duniawi. Berbagai jenis ilmu dunia seperti politik, sosial, hukum, kesehatan, pertanian, dan sebagainya dapat membantu kesejahteraan hidup manusia di dunia. Penekanan terhadap kepentingan dan keperluan menuntut ilmu membuktikan Islam memartabatkan ilmu pengetahuan dan orang yang berilmu.
Sebenarnya ilmu yang ada pada kita sangat sedikit. Alangkah sayangnya jika ilmu yang sedikit dikurniakan Allah gagal untuk dimanfaatkan bagi tujuan agama dan kehidupan.

Saidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata:
“Ilmu diiringi dengan perbuatan. Barang siapa berilmu maka dia harus berbuat. Ilmu memanggil perbuatan. Jika dia menjawabnya, maka ilmu tetap bersamanya, namun jika tidak maka ilmu pergi darinya.”

Iman, ilmu, dan amal harus menjadi trilogi pembangunan sumber daya manusia. Karena iman merupakan kekuatan batin yang melahirkan aspirasi yang mendorong motivasi dan menjelmakan manusia yang dinamis. Ilmu dapat memperluas wawasan dan memajukan kehidupan. Dan amal merupakan wujud nyata dari iman dan ilmu yang dimiliki.

“Seorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya, maka nasihatnya akan lenyap dari hati orang yang mendengarnya, sebagaimana hilangnya tetesan embun di atas batu yang halus.” (Malik bin Dinar)

Ilmu adalah Ibadah sebagai Jalan Menuju Syurga
Rasulullah SAW bersabda:

Jika seseorang bepergian dengan tujuan mencari ilmu, maka Allah akan menjadikan perjalanannya seperti perjalanan menuju syurga.”


Keutamaan manusia dari makhluk Allah lainnya terletak pada ilmunya. Allah bahkan menyuruh para malaikat agar sujud kepada Nabi Adam AS karena kelebihan ilmu yang dimilikinya. Cara kita bersyukur atas keutamaan yang Allah berikan kepada kita adalah dengan menggunakan segala potensi yang ada pada diri kita untuk Allah atau di jalan Allah.
Ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling utama, fungsinya sebagai petunjuk keimanan dan beramal. Sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah, sebagaimana firman-Nya dalam surat At-Taubah ayat 122:
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”   

Allah SWT memberikan kemuliaan kepada orang-orang yang berilmu dengan memberikan berbagai keutamaan kepada mereka, yaitu:

1.    “Sebaik-baik umat-Ku adalah ulama dan sebaik-baik ulama adalah yang berkasih sayang. Ingatlah bahwa sesungguhnya Allah SWT akan mengampuni orang alim sebanyak 40 dosa dan setelah itu Allah SWT mengampuni 1 dosa orang bodoh.”

2.    “Dan ingatlah orang alim yang Rahim (kasih sayang) akan datang pada hari kiamat dengan bercahaya dan akan menerangi antara barat dan timur seperti terangnya bulan purnama.”

3.    “Allah SWT akan tetap menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya. Dan barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu pasti Allah SWT memudahkan baginya jalan untuk ke syurga. Dan apabila berkumpul suatu kaum di suatu rumah dari rumah-rumah Allah SWT (masjid) dengan membaca Al-Quran dan mempelajarinya sesama mereka maka niscaya turun atas mereka ketentraman dan mereka diliputi rahmat dan dikelilingi para malaikat dan Allah SWT menyebutnya dalam golongan yang ada pada-Nya. Dan barangsiapa yang lambat amalnya maka tidak akan dipercepat diangkat derajatnya.”

4.    “Barangsiapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah SWT akan memudahkan baginya jalan ke syurga” (HR. Muslim).

5.    “Barangsiapa memberikan petunjuk kebaikan maka baginya akan mendapatkan ganjaran seperti ganjaran yang diterima oleh orang yang mengikutinya dan tidak berkurang sedikit pun hal itu dari ganjaran orang tersebut.” (HR. Muslim).

6.    “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah SWT untuk diberi kebaikan maka orang itu lalu memperdalam agama Islam” (HR. Bukhari-Muslim).

Keutamaan dalam menuntut ilmu dapat kita lihat pada kisah Imam Syafii. Yang mulia Imam Syafii dilahirkan pada bulan Rajab tahun 150 H (767 M) di Ghazab dalam keadaan yatim. Pada usia 2 tahun Imam Syafii dibawa oleh ibunya ke Mekkah, tempat kelahiran ayahnya. Beliau hidup di bawah asuhan ibunya dalam penghidupan dan kehidupan yang sangat sederhana dan kadang-kadang menderita kesulitan. Walaupun demikian ketika baru berusia sembilan tahun, Beliau sudah hafal Al-Quran sebanyak 30 juzz di luar kepala dengan lancar. Pada usia ke sepuluh tahun Beliau sudah hafal dan mengerti Al Muwaththa‘ Imam Maliky.
Imam Syafii sangat rajin dan tekun menuntut ilmu, walaupun sering menderita kesukaran dan kekurangan untuk membeli alat-alat perlengkapan belajar seperti kertas, tinta, dan sebagainya. Namun karena semangatnya yang tinggi maka Beliau sering mencari tulang-tulang dan mengumpulkannya dari jalanan untuk ditulis di atasnya pelajaran yang diperoleh atau mencari kertas bekas untuk menulis. Catatan Beliau sangat banyak sampai memenuhi gubuk sehingga Beliau tidak bisa tidur berbaring karena gubuknya sudah penuh sesak. Akhirnya Beliau mencoba menghafalkan semua catatan yang telah ada sehingga semuanya terekam dalam hati dan tercatat dalam otak. Syairnya yang terkenal berbunyi :

“Ilmuku selalu bersamaku ke mana aku pergi
Kalbuku yang telah menjadi gudangnya dan bukan lagi peti-peti
Bila aku berada di rumah, ilmuku pun bersamaku pula di rumah
Dan bila aku di pasar, ilmuku pun berada di pasar”

Beliau belajar dari banyak guru, tidak pernah merasa cukup akan ilmu yang dimilikinya, selalu haus akan ilmu, dan bila mendengar ada ilmu baru maka Beliau akan mengejarnya walaupun harus menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan. Beliau telah diberi izin untuk mengajar dan memberi fatwa kepada khalayak ramai dan diberi jabatan sebagai guru besar di dalam Masjidil Haram karena kepintarannya tersebut, walaupun usianya masih muda sekali yaitu 15 tahun. Imam Syafii dihormati baik oleh pengusaha negeri maupun masyarakat awam yang berada di tempat Beliau tinggal karena keluhuran dan ketinggian ilmunya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mujadilah ayat 11, maka telah terbukti bahwa Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu sebagai keutamaan mereka karena tidak jemu-jemunya menuntut ilmu baik itu ilmu pengetahuan maupun ilmu agama.
Kewajiban menuntut ilmu tidak hanya mengenai ilmu pengetahuan umum saja tetapi juga ilmu pengetahuan agama yang hukumnya fardlu ain, karena beramal tanpa berilmu sama saja dengan bohong dan tidak ada artinya di mata Allah SWT. Maka jika salah, kita dapat terjerumus ke perbuatan dosa. Umat Islam juga tidak boleh ketinggalan dalam hal ilmu pengetahuan dan tidak boleh pula menjadi orang yang bodoh karena orang pintar akan lebih disenangi. Dengan kepinteran yang kita miliki, kita tidak akan mudah ditipu dan dibohongi orang lain. Imam Syafii sendiri selalu merasa kurang akan ilmu yang dimilikinya dan selalu mencatat setiap ilmu yang diperolehnya karena takut lupa.

Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam sabilillah hingga kembali.” (HR. Tirmizi).

Imam Ahmad berkata:
“Ilmu itu sesuatu yang tiada bandingnya bagi orang yang niatnya benar. Bagaimanakah benarnya niat itu wahai Abu Abdillah? tanya orang-orang kepada Beliau. Maka Beliau menjawab: yaitu berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain”.

Namun keadaan saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan apa yang diharapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Di mana-mana orang-orang sudah terlalu mengagung-agungkan dunia. Ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan untuk kepentingan dunia dan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keseimbangan dan keselarasan lingkungan di sekitarnya. Bahkan penjelajahan ke planet mars saja selain untuk ilmu pengetahuan juga untuk mencari kemungkinan apakah di sana dapat ditempati oleh manusia. Memang sungguh serakah manusia-manusia ini.
Agar kita tidak termasuk dalam golongan manusia yang serakah dan merugi, marilah bersama-sama kita bekali diri di kehidupan dunia yang fana ini dengan hiasan ilmu. Karena dengan bekal itulah kita akan lebih mengenal diri kita sebagai hamba Allah SWT dan mengenal Allah SWT sebagai Sang Pencipta (Khaliq). Selain itu kita sebagai orang yang berilmu akan dimudahkan jalannya ke syurga oleh Allah SWT dan senantiasa didoakan oleh para malaikat.  

“Seorang alim (berilmu) dengan ilmunya dan amal perbuatannya akan berada di dalam syurga, maka apabila seseorang yang berilmu tidak mengamalkan ilmunya maka ilmu dan amalnya akan berada di dalam syurga, sedangkan dirinya akan berada dalam neraka” (HR. Daiylami)

Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu yang tujuannya mencari ridho Allah SWT, tetapi dia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan dunia, maka dia tidak akan mencium bau syurga pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud dan Ibn Majah)