14 Mei 2014

THE MIRACLE OF “SEDEKAH”


Saya sudah beberapa kali merasakan sendiri dahsyatnya sedekah. Subhanallah benar-benar amazing! Alhamdulillah sedari kecil saya sudah senang berbagi dengan orang lain. Semua itu saya pelajari dari orang tua saya yang gemar berbagi dan memberi kepada orang lain.
Selain dari sholat dan berpuasa, katanya sedekah adalah ibadah yang sangat bagus. Karena dengan sedekah kita bisa membantu dan meringankan beban orang lain. Tapi sebelum-sebelumnya, kalau memberi saya memang belum pernah dalam jumlah yang banyak. Karena masih sekolah, uang jajan yang pegang orang tua, dan belum bener-bener paham artinya sedekah. Jadi dulu belum pas untuk disebut sedekah kali ya? Lebih tepatnya memberi dan berbagi.
Tapi setelah kuliah, saya mulai belajar memahami makna dari sedekah. Walaupun jumlahnya belum terlalu besar, tapi saya mulai berlatih untuk sedekah. Sebagian dari uang saya, saya sisihkan untuk sedekah. Memang sih, saya belum sering sedekahnya. Saya masih sering tergoda memakai uang saya untuk beli ini itu, apa yang saya inginkan. Maklum namanya masih muda pasti pingin nonton, jalan-jalan, makan, belanja. Hehehe.....
Tapi setelah saya lulus S1 dan melanjutkan S2 sambil magang advokat, saya mulai berlatih untuk mentertibkan diri dalam bersedekah. Salah satu bukti nyata dari kekuatan sedekah yang sudah saya rasakan, adalah ketika saya sedang menyelesaikan tesis hingga lulus pendadaran. Setiap mengingat tentang kisah ini, saya merasa terharu karena teringat kembali dengan perjuangan panjang yang saya lewati untuk bisa lulus. Saya juga terkenang kembali, betapa Kebesaran Allah itu sangat nyata.
Pada bulan Februari 2008 saya mengambil S2 Magister Hukum dengan konsentrasi Bisnis di UGM Yogyakarta. Masa perkuliahan saya lalui dengan cukup lancar, walaupun sempat ada mengulang 3 mata kuliah karena nilainya kurang puas. Alhamdulillah yang 2 berhasil naik nilainya dan yang 1 tetap diam di tempat, karena dosennya memang terkenal sebagai Profesor yang susyaaaahhhh bangeetttt nilainya. Hehehe.....
Saat masuk semester tiga saya mulai siap-siap untuk tesis, karena ingin cepat lulus dalam 2 tahun (tahun 2010). Dari semua mata kuliah, saya membuat 3 pilihan untuk dijadikan bahan tesis, yaitu Perbankan, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dan Investasi. Setelah mempertimbangkan baik-baik, saya akhirnya mantap untuk memilih HKI.
HKI ada 7 bidang, yaitu Merek, Paten, Hak Cipta, Desain Industri, Rahasia Dagang, Varietas Tanaman, dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Saya sempat bingung mau ambil bidang apa, kemudian saya konsultasi dengan dosen yang mengajar HKI, Bapak Tommy. Setiap selesai kuliah HKI, saya mencoba untuk bertanya tentang HKI kepada beliau. Kemudian dari 7 bidang itu saya memilih 2, yaitu Hak Cipta dan Rahasia Dagang. Pertimbangan saya saat itu adalah sudah banyak mahasiswa lain yang mengambil tesis tentang Merek, Paten, dan Desain Industri.
Setelah berpikir kembali, akhirnya saya memutuskan untuk mengambil bidang Rahasia Dagang. Rahasia Dagang yang saya tulis sebagai tesis adalah Rahasia Dagang dari restoran. Kenapa restoran? Karena saya hobi kuliner dan punya banyak kenalan pemilik serta pengelola restoran di Solo dan Yogyakarta.
Setelah semuanya siap, saya pun meminta formulir untuk usulan judul tesis ke bagian akademik. Kebetulan saya mengenal baik orang-orang di akademik seperti mbak Dian, mas Asep, dan pak Jack. Mereka dengan baik hati banyak membantu saya selama kuliah. Mulai dari memberitaukan jadwal kuliah, mengurus hal-hal yang berkaitan dengan perkuliahan, dll.
Saat mengajukan usulan judul tesis kepada Ketua Pengelola, saya berharap pembimbing saya adalah pak Tommy, dosen yang pandai di bidang HKI. Sebenarnya awalnya saya sangat ingin Prof. Nindyo, dosen senior yang juga ahli di bidang HKI, tapi sayang beliau sudah jarang ada di tempat karena lebih banyak di Jakarta.
Harapan saya ternyata tidak menjadi nyata. Formulir usulan judul tesis yang saya ajukan sudah di-acc, tapi saat saya membaca pembimbing yang diberikan….hohoho.... Mata saya tidak bisa berkedip dan hanya tertegun. Disana ditulis pembimbing saya hanya satu, tidak dua seperti pada umumnya dan namanya adalah X (maaf saya tidak bisa menyebutkan namanya). Siapa itu? Saya merasa asing dengan nama beliau karena selama kuliah sama sekali belum pernah diajar. Akhirnya saya bertanya ke bagian akademik dan beberapa teman tentang beliau dan dimana saya bisa menemuinya untuk konsultasi.
Setelah mendapat informasi, saya langsung menemui pembimbing ke gedung Magister Kenotariatan yang ada di gedung IV, berdekatan dengan gedung Magister Hukum yang ada di gedung III. Sampai disana ternyata beliau sedang tidak ada di tempat, saya pun menunggu untuk beberapa saat. Tidak sampai satu jam, beliau datang dan saya langsung menghadap untuk konsultasi. Formulir usulan judul tesis yang saya ajukan mendapat revisi di bagian judul dan permasalahannya.
Satu minggu kemudian, saya mengahadap lagi kepada beliau untuk memberikan revisi formulir usulan judul tesis. Ternyata ada sedikit revisi lagi di bagian permasalahan. Saya pun langsung memperbaiki lagi dan menyerahkannya kepada beliau. Setelah diterima, saya diminta untuk membuat proposal tesis dan dikirim kepada beliau melalui email. Tanpa banyak bertanya, saya langsung mengerjakan karena ingin cepat lulus.
Setelah selesai membuat proposal tesis, saya langsung mengirimkan kepada beliau melalui email. Selanjutnya saya duduk manis bekerja di kantor sambil menunggu balasan email dari pembimbing. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan akhirnya satu bulan lebih kok belum ada kabar ya? Saya sudah mulai gelisah. Akhirnya saya memberanikan diri untuk menelpon pembimbing. Tidak diangkat. Ternyata beliau tidak berkenan untuk ditelpon oleh mahasiswanya, beliau sms saya yang memberi tau kalau komunikasinya melalui sms, email, atau bertemu langsung saja. Upss! Kok gitu ya? Tapi ya sudahlah saya mengikuti saja. Tugas murid kan patuh sama guru, selama itu tidak melanggar aturan. Hehehe......
Saat saya sms beliau bagaimana nasib proposal saya, beliau menjawab belum sempat dicek karena masih sibuk. Saya diminta untuk menunggu dan menghubungi beliau tiga minggu lagi. Dalam hati saya berkata, ngecek proposal aja lama bener harus tiga minggu lagi. Tapi ya sudah, saya memang harus sabar karena dosen pasti banyak kerjaannya.
Tiga minggu kemudian, saya sms beliau lagi untuk menanyakan tesis. Lagi-lagi beliau menjawab belum dicek karena harus ke luar kota untuk tugas. Saya diminta untuk menunggu lagi. Beliau akan mengabari saya kalau sudah selesai dicek. Akhirnya saya menunggu dan menunggu dengan sabar. Tapi kok yang ditunggu-tunggu tak juga datang ya? Saya sudah mulai gerah juga, karena takut tidak bisa cepat lulus.
Selain saya, ternyata beberapa sahabat saya juga beliau pembimbing tesisnya. Nasib mereka juga sama persis dengan saya. Proposal tesis bahkan ada yang usulan judulnya belum jelas nasibnya. Situasi ini tidak membuat saya lantas diam dan pasrah, saya mencoba untuk sering menghubungi pembimbing tesis saya. Saya sering mengirim sms kepada beliau untuk menanyakan proposal tesis saya. Walaupun kadang tidak dibalas, tapi saya cuek aja sms terus. Mungkin sampai beliaunya BT sama saya kali ya? Hehehe......
Sampai akhirnya tiga bulan kemudian, kabar yang ditunggu pun datang. Beliau memberi tau kalau proposal saya sudah dicek dan ada revisi. Sebentar lagi akan di-email ke saya. Benar saja, tidak lama kemudian emailnya masuk ke saya. Karena saya pakai BB, jadi emailnya bisa langsung saya buka. Daaannn.........ooo.....laaa....laaaa...... Banyak banget yang direvisi!! Hhhmmm......tapi baiklah tidak apa-apa, akan saya kerjakan dan perbaiki sesuai dengan yang diinginkan oleh beliau. Tidak perlu waktu lama, setelah selesai langsung saya email ke beliau.
Tapi seperti sebelumnya, pembimbing saya tidak cepat mengecek revisi proposal saya. Saya terpaksa “curhat” kepada mbak Dian dan mas Asep tentang pembimbing dan nasib tesis saya karena saya sudah mulai tidak sabar. Saya juga saling curhat dengan sahabat-sahabat yang pembimbing tesisnya sama dengan saya. Kita merasa senasib karena tesis yang belum jelas.
Berbulan-bulan lamanya, nasib atas proposal tesis saya tak kunjung jelas. Begitu juga dengan sahabat-sahabat saya. Sempat ada keinginan dari saya untuk ganti pembimbing. Tapi saat saya mengahadap ketua pengelola magister hukum saat itu untuk meminta ganti pembimbing, saya harus kecewa karena ditolak. Alasannya prosesnya tidak mudah dan nantinya harus memulai dari awal lagi. Semakin bingung saya jadinya, keinginan cepat lulus sudah semakin besar tapi kondisi dan situasi tidak mendukung.
Setelah satu tahun lebih, saya sudah habis kesabaran. Akhirnya saya nekat mulai mengerjakan tesis walaupun revisi proposalnya belum ada kabar. Saya mulai mengetik dan menyebarkan kuisioner, tidak perduli nanti mau dimarahi oleh pembimbing atau bagaimana. Pokoknya saya terus mengerjakan tesis.
Setelah sampai di bab 3, saya memutuskan untuk menge-print. Revisi proposal juga saya print. Selanjutnya keduanya saya jilid rapi dan saya serahkan kepada pembimbing tesis. Saya sengaja tidak sms beliau untuk janjian bertemu, saya dengan PD-nya langsung ke kampus dengan membawa tesis 3 bab dan revisi proposal. Sampai di kampus, eng….ing….eng….ternyata beliaunya tidak ada. Hehehe...... Aksi PD saya ternyata gagal. Tapi saya tidak kehilangan akal, saya letakkan saja di meja beliau lalu saya sms untuk memberi tau bahwa saya sudah menyerahkan hard copy revisi proposal tesis dan tesis 3 bab di meja beliau. Saya tunggu-tunggu tidak juga dibalas. Wahh....saya langsung berpikir, jangan-jangan beliau tidak berkenan ya dengan kenekatan saya? Biarin ajalah, yang penting saya sudah usaha. Besok kalau sudah lihat proposal dan tesis saya di meja, tidak mungkin akan dibuang sama beliau, pasti akan dibaca. Pokoknya saya tetep yakin dan PD saja!
Keesokan paginya, pembimbing saya membalas sms. Beliau hanya menjawab, “Iya, mbak. Trims”. Sedikit lega saya, karena beliau merespon. Saya pun kembali menunggu. Dan sudah dapat diduga, saya harus kembali menunggu lama. Jujur saya sempat marah dan hampir hilang kesabaran. Karena orang tua, kakak-kakak, saudara-saudara, dan teman-teman saya semakin sering bertanya kapan saya lulus. Saya merasa sangat tidak enak terutama kepada orang tua saya. Saya mendadak merasa jadi orang yang bego banget, masa S2 tidak bisa lulus dalam 2 tahun. Masalahnya nyangkut di tesis lagi. Aduuuhhhh! Padahal kakak sulung saya saja, S2-nya ambil dua dan semuanya lulus tepat waktu.
Saya benar-benar merasa “hopeless” saat itu, ngga tau lagi harus gimana. Beruntung saya punya sahabat-sahabat yang sangat baik, mereka selalu mendengarkan curhatan saya. Dukungan dan do’a dari keluarga dan sahabat-sahabat adalah semangat saya untuk terus  berjuang. Walaupun terkadang saya merasa down karena sudah stres menghadapi tesis yang tak kunjung selesai. Dalam keadaan yang “hopeless” itu, saya tidak sengaja menemukan buku berjudul “The Miracle Of Giving” karya Ustadz Yusuf Mansyur saat jalan-jalan ke Gramedia. Karena saya hobi membaca, buku itupun saya beli. Sampai di rumah saya membuka dan membacanya. Saya terwow-wow dengan tulisan di buku itu. Kekuatan sedekah ternyata sangat hebat.
Saya kemudian mempraktikannya. Walaupun saya sudah melakukan sedekah, tapi saya mencoba untuk semakin sering bersedekah dengan niat agar segera lulus, di samping sholat Tahajjud dan Dhuha. Selain itu saya juga menambahkan sholat Hajat dan terus berpuasa Senin-Kamis, agar keinginan saya untuk lulus bisa segera terwujud. Semangat saya kembali berkobar dan membuang jauh-jauh perasaan “hopeless” itu.
Sekitar dua-tiga bulan kemudian. Saya seperti menemukan air zam-zam di tengah padang pasir, teman kakak saya ada yang kenal baik dengan pembimbing saya dan bersedia membantu untuk berbicara dengan pembimbing agar tesis saya segera dicek oleh beliau. Lebih dari itu, saya terus bersedekah dan berdo’a agar Allah segera mengabulkan harapan saya. Tidak menunggu lama, pembimbing saya mengirim sms kalau proposal tesis dan tesis 3 bab saya sudah dicek oleh beliau dan ada beberapa revisi. Woooohoooo......saya senang sekali!! Dengan semangat 45 saya langsung mengerjakan bagian-bagian yang direvisi. Butuh waktu sekitar satu minggu lebih, karena banyak perkejaan yang harus saya selesaikan saat itu.
Setelah selesai, saya kirim kembali kepada pembimbing dan menunggu dicek oleh beliau. Sekali lagi, kekuatan sedekah memang luar biasa. Bimbingan tesis saya mulai lancar, pembimbing saya lebih cepat dalam mengecek tesis saya. Alhamdulillah Allah memberi kemudahan untuk saya. Saya kembali membuat target untuk lulus bulan Januari 2012, karena sudah sangat telat. Seharusnya lulus tahun 2010, seperti perhitungan awal saya masuk kuliah.
Perhitungan saya lagi-lagi meleset, pembimbing saya harus ke luar negeri. Jadi saya harus bersabar lagi untuk menunggu. Lemaslah badan saya. Harapan untuk wisuda bulan Januari 2012 tidak bisa terwujud. Saya kembali kecewa, tapi tidak putus asa. Saya berusaha tetap optimis bahwa semua bisa menjadi nyata. Hanya saja saya memang harus lebih bersabar lagi untuk menunggu.
Setelah berdamai dengan kenyataan, saya kembali membuat target baru untuk lulus bulan April 2012. Kali ini harus berhasil dan tidak bisa ditawar lagi! Saya lebih gigih untuk berjuang dan berusaha. Do’a, sholat Hajat, dan sedekah semakin kencang saya lakukan. Saya juga semakin rajin “mengganggu” pembimbing saya dengan sms-sms untuk menanyakan tesis saya. Hehehe..... Saya beberapa kali menyampaikan kepada beliau, bahwa saya ingin wisuda bulan April, jadi mohon beliau membantu saya. Saya sudah masa bodoh kalau beliau nantinya sampai marah sama saya karena terusik ketenangannya. Hehehe......
Alhamdulillaaahhhh.......tesis saya akhirnya selesai sudah direvisi oleh pembimbing. Beliau sudah menyetujui keseluruhan isi dari tesis saya. Bukan main senangnya hati saya, hampir saja mau lompat-lompat karena kegirangan. Untungnya saya masih bisa menahan diri dan hanya tersenyum riang. Tapi oh tapi, masalah belum selesai ternyata. Pembimbing saya lagi-lagi harus ke luar negeri, beliau ada tugas ke Australia. Jadi untuk pendadarannya, saya harus menunggu beliau pulang. Itu artinya saya tidak bisa wisuda bulan Juli dan harus ikut yang bulan Oktober. Perasaan saya langsung campur aduk tidak karuan. Badan saya lemas dan kedua mata saya memanas hampir menangis. Speechless!!!
Dalam beberapa detik saya berusaha untuk mengontrol diri dan emosi. Saya tidak boleh menangis. Apa kata pembimbing saya nanti kalau sampai beneran nangis? Haduuuhhhhh jangan sampai deh! Sambil mengucap Basmallah dalam hati, saya tiba-tiba teringat kalau dalam perjalanan ke kampus tadi saya bersedekah kepada pengemis tua yang cacat. Akhirnya saya mencoba untuk berbicara dan bernego dengan pembimbing saya, apakah tidak ada cara lain agar saya bisa wisuda bulan depan yaitu bulan April? Tidak diduga sama sekali, beliau menjawab “ada”. Saya bisa melaksanakan pendadaran tanpa beliau, diganti dengan dosen lain bersama dua dosen penguji. Terbengonglah saya, masa iya saya harus pendadaran tanpa pembimbing? Lalu nanti siapa yang akan menolong saya saat pendadaran kalau sampai ada pertanyaan yang tidak bisa saya jawab? Saya pun diam dan berpikir.
Tiba-tiba suara pembimbing membuyarkan lamunan saya, “gimana, mbak Annisa?”, aduuuuhhhhh saya semakin bingung. Tapi keinginan untuk segera lulus dan wisuda sudah sangat kuat, saya tidak bisa menunggu lagi. Akhirnya dengan berat hati, saya pun bersedia untuk melaksanakan pendadaran tanpa beliau. Konsekuensinya saya harus siap diganti oleh dosen lain ditambah 2 dosen penguji. Bagaimana nantinya, saya pikir belakangan. Sekarang yang penting saya bisa pendadaran dan lulus bulan depan.
Keluar dari ruangan pembimbing, saya langsung menuju ke bagian akademik di lantai dua sambil membawa tesis dan beberapa berkas. Saya menemui mbak Dian untuk mendaftar pendadaran. Namun sekali lagi masalah muncul, ternyata belum berakhir perjuangan saya karena harus merasa panik lagi. Pendaftaran pendadaran sudah ditutup, karena pendadaran akan dilaksanakan hari Senin. Sedangkan sekarang sudah hari Jum’at. Sumpah saya beneran pingin jatuh ke lantai dan menangis. Susah banget jalannya ya untuk bisa lulus S2. Padahal keinginan saya bukan hal yang susah dan tidak merugikan orang lain, tapi kenapa kok kayak gini banget?
Bersyukur mbak Dian orangnya sangat baik, dia seolah tau perasaan saya. Dengan kata-kata yang manis, dia memberikan secercah harapan untuk saya. Dia bersedia menanyakan apakah saya bisa mendapat sedikit dispensasi untuk mendaftar pendadaran hari Senin. Saya pun menunggu dengan penuh harap, semoga ada keajaiban untuk saya. Dalam hati saya terus berdo’a. Tik tok tik tok, mbak Dian akhirnya muncul sambil tersenyum, dia mengatakan saya bisa mendaftar sekarang. Prof. Hawin (ketua pengelola magister hukum yang baru) memberi dispensasi untuk saya mendaftar pendadaran hari Senin. Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah. Bahagia sekali rasanya, saya sampai menitikkan air mata. Pingin banget meluk mbak Dian, tapi sayangnya terhalang oleh kaca. Hehehe.......
Setelah diberi daftar persyaratan untuk pendadaran oleh mbak Dian, saya langsung bergegas ke bank untuk membayar karena waktunya sudah mepet, tinggal 1 jam sebelum pukul 12. Tapi saat mau  menuruni tangga kampus, saya tiba-tiba teringat sesuatu. Saya langsung menepi dan bersujud di lantai. Saya sujud syukur karena sudah dimudahkan oleh Allah dan diberi kesempatan untuk bisa pendadaran hari Senin. Sedekah memang dahsyat kekuatannya. Kebesaran Allah benar-benar nyata! Kemungkinan yang hanya 0,0000000000001% (hampir tidak mungkin) ternyata sangat bisa terjadi. Sudah jelas-jelas pendaftaran pendadaran ditutup, tapi ada keajaiban untuk saya sehingga bisa mendaftar pendadaran hari Senin. Memang benar, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, sekalipun peluangnya sangat-sangat kecil. Ketika Allah berkehendak dan mengucap Kun Faya Kun! maka segalanya akan terjadi dalam sekejap. Tanpa saya sadari, ternyata saat sujud syukur ada sejumlah masahasiswa Magiater Notariat dan beberapa dosen/karyawan yang melihat saya dengan heran. Dalam hati sebenarnya saya geli sendiri karena jadi pusat perhatian, tapi saya pura-pura cuek dan berdiri lalu ngeloyor pergi. Hehehe..... Sujud syukur kan bukan hal memalukan, itu wujud terima kasih kita kepada Allah.
Setelah semua persyaratan lengkap dan sudah selesai mendaftar, saya langsung menelepon keluarga dan sahabat untuk mengabari. Mereka ikut senang dan bersyukur. Selesai menelepon, saya duduk terdiam di dalam mobil. Saya berkali-kali mengucapkan syukur kepada Allah. Akhirnya penantian panjang saya untuk lulus, sudah hampir berakhir, tinggal menunggu pendadaran. Tesis sudah sukses membuat saya beberapa kali menangis karena hampir putus asa. Tapi saya bersyukur karena selalu mengingat Allah sehingga tidak benar-benar putus asa. Saya juga beruntung sekali karena memiliki keluarga dan sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan menyemangati saya.
Sepuluh menit kemudian saya meninggalkan kampus. Dalam perjalanan kembali ke kantor, saya mencari orang-orang yang membutuhkan bantuan. Beruntung saya berhasil menemukan dua orang untuk bersedekah. Niat saya agar dimudahkan saat pendadaran hari Senin nanti. Semoga dosen yang menggantikan pembimbing saya dan 2 dosen pengujinya semuanya baik, tidak memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sulit, dan tidak pelit nilai. Hehehe.....
Hari Senin tanggal 19 Maret 2012 pun datang. Dalam perjalanan menuju kampus, saya kembali bersedekah. Tiba di kampus pukul 9 pagi. Saya ditemani oleh kakak saya dan seorang staff kantor. Saya sudah duduk manis di lantai dua, menunggu untuk pendadaran. Sambil menunggu giliran, saya kembali membaca tesis, buku, dan Undang-undang HKI. Walaupun dalam hati sangat deg-degan, tapi saya berusaha untuk tenang. Saya melihat mahasiswa-mahasiswa lain yang juga menunggu pendadaran, wajah mereka terlihat tenang semua. Waduuhh....ngga salah nih? Kok pada tenang banget ya, malah pada asyik ngobrol dan bercanda padahal saya udah sport jantung gini.”, bathin saya. Hhmmm.....tapi ya sudah, biarin ajalah. Mungkin mereka memang sudah lebih siap. Hehehe......
HP saya berbunyi, mami dan papi menelpon memberikan do’a dan semangat untuk saya, senang sekali. Saya merasa lebih tenang karena yakin do’a orang tua itu mustajab. Saya kembali melanjutkan membaca tesis dan buku. Tiba-tiba lantai bergoyang, dos snack dari kampus dan buku di atas meja bergeser. Kenapa nih?? Oh My God.....GEMPAAA!!! Astaghfirullah semua langsung pada lari turun ke bawah dan keluar gedung kampus. Saya juga melakukan hal yang sama, tapi saat tiba di tengah tangga, saya kembali naik untuk mengambil buku-buku yang tertinggal dan ngabur lagi ke bawah keluar gedung.
Alhamdulillah gempa yang terjadi tidak berakibat apa-apa di kampus. Setelah beberapa menit berada di luar, saya dan yang lainnya kembali ke lantai dua untuk menunggu. Setelah menunggu dua jam, saya memutuskan untuk menelpon mbak Dian dan bertanya jam berapa pendadaran dimulai. Hari itu tenyata ada pemilihan Rektor baru di UGM, jadi semua dosen berkumpul di gedung rektorat. Pendadaran terpaksa mundur pelaksanaannya, setelah acara pemilihan Rektor baru selesai. Huuuffftttt........ Baiklah saya akan sabar menunggu.
Pukul 11, kakak saya dan staffnya terpaksa pulang karena harus kerja. Sedih deh saya harus sendirian, ngga ada yang menemani. Berasa kayak anak yang hilang di hutan. Hehehe...... Tapi ngga apa-apalah, saya ngga perlu takut. Ada Allah yang menemani saya dan ada do’a orang tua, keluarga, sahabat yang menyertai saya. Semangaaaatttttt.....!!!!
Pukul 1 siang pendadaran dimulai. Saat jam sudah menunjuk ke angka 1.30, giliran saya tiba. Ternyata pendadaran tidak dilaksanakan di satu ruangan dengan tiga dosen yang menguji secara bersamaan. Pendadaran dilaksanakan secara terpisah, di tiga ruangan yang berbeda. Haduuuhhhh sereemmm nihhh.... Bismillahirrohmanirrohiiimmm..... Saya memulai pendadaran. Saya masuk ke ruangan satu per satu. Setiap kali bertemu dengan dosen yang menguji, saya langsung tersenyum dan menjabat tangan dengan ramah. Saya menjawab setiap pertanyaan dengan sikap yang sopan, jawaban yang mantap, dan penuh keyakinan. Ada sedikit surprise sekaligus rasa senang, dosen yang menggantikan pembimbing saya ternyata adalah Prof. Nindyo, dosen senior yang awalnya ingin saya pilih sebagai pembimbing tesis.
Alhamdulillah, ketiga penguji pendadaran saya sangat baik dan sama sekali tidak menyeramkan. Saya bisa menjawab semua pertanyaan dengan tenang. Insya Allah tidak ada yang terlewat. Usai pendadaran saya langsung menelpon orang tua saya untuk mengabari sekaligus meminta do’a agar nanti nilai tesisnya A. Tragis banget dong, udah telat 2 tahun untuk lulus masa nilai tesisnya ngga A? Waahhh bisa rugi bandar saya. Hehehe..... Dalam perjalanan ke kantor, saat berhenti di lampu merah, ada pengemis yang sudah tua renta. Saya bersedekah kepada bapak tua itu. Lagi-lagi sambil berdo’a semoga nilai tesis saya A. Walaupun sebenarnya memberi kepada pengemis itu tidak dianjurkan, karena pengemis zaman sekarang itu kebanyakan adalah orang yang sehat tapi malas kerja, tapi hari ini pengecualian karena pengemis itu sudah sangat tua dan saya kasian melihatnya.
Hari Rabu, 25 April 2012. Di Gedung Grha Sabha UGM, saya melaksanakan wisuda didampingi oleh kedua orang tua saya. Bahagia, lega, haru, campur jadi satu. Finallyyyy.....setelah empat tahun akhirnya saya lulus S2 juga! Walaupun ada penyesalan karena harus selama itu waktu yang saya tempuh untuk kuliah S2. Padahal normalnya hanya 2 tahun. Tapi kenyataannya saya harus butuh 4 tahun untuk bisa menyandang gelar “M.H.” (Magister Hukum). Waktu kuliah S2 saya ini bahkan lebih lama dari kuliah S1 yang saya tempuh 3 tahun 9 bulan. Tapi ya sudahlah, ikhlas saja. Semuanya sudah terjadi dan memang harus begini jalannya. Saya tetap berterima kasih kepada pembimbing, karena beliau sudah mengajarkan saya untuk bersabar. Hikmah yang saya dapatkan dari kuliah S2 ini adalah “Sabar dan Berjuang”.


Kesabaran saya menanti 4 tahun untuk lulus dan harapan saya mendapat nilai A untuk pendadaran ternyata berbuah manis. Allah memberikan balasan yang indah untuk saya. Tidak sia-sia saya mengerjakan tesis selama dua tahun, penuh dengan perjuangan. Nilai tesis saya benar-benar A! Alhamdulillaahh……terima kasih, Ya Allah.
Sekali lagi saya bersyukur dengan keajaiban dari sedekah. Kekuatannya luar biasa dan nyata terjadi. Saya akhirnya bisa lulus S2 dan mendapat nilai tesis A. Allah sungguh baik sekali kepada saya. Hadiah dari-Nya ini sangat indah.



Beberapa waktu sebelumnya, pada Januari 2009 saya juga merasakan berkah luar biasa dari sedekah. Saya mendapat kabar dari seorang teman bahwa saya lulus ujian advokat PERADI. Bahkan sekarang saya sudah menjadi salah satu pengurus di DPC PERADI Kota Yogyakarta. Sebelum melaksanakan ujian advokat pada Desember 2008, saya memang menyempatkan diri untuk bersedekah kepada bapak tukang sampah yang lewat di depan Fakultas Hukum UII, tempat ujian advokat PERADI. Niat saya saat itu agar diberi kemudahan saat mengerjakan ujian advokat dan bisa lulus. Karena lulus ujian advokat itu sangat sulit. Tidak semua orang bisa lulus hanya dengan sekali mengikuti ujian. Banyak yang harus mengulang beberapa kali baru bisa lulus. Ibaratnya kelulusan ujian advokat PERADI itu seperti kloter haji, lulus kloter pertama, kloter kedua, dan seterusmya. Hehehe..... Dan Alhamdulillah, saya benar-benar lulus hanya dengan satu kali ujian advokat. Terima kasih, Ya Allah. Engkau Maha Baik.


Sebagai penutup cerita, untuk kesekian kalinya saya sangat bersyukur dengan keajaiban dan berkah dari sedekah. Selain dari sholat dan puasa, sedekah adalah ibadah yang tak kalah penting. Kekuatannya benar-benar luar biasa. Berapapun jumlah yang kita keluarkan untuk sedekah, akan menadapat balasan dari Allah hingga 700X bahkan lebih. Jadi jangan pernah ragu untuk bersedekah, tidak akan berkurang harta kita apalagi jatuh miskin karena bersedekah. Justru akan terus bertambah dan akan semakin banyak kebaikan dan kemudahan yang kita terima dari Allah SWT. Selamat bersedekah ya... :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar