Saya sudah beberapa kali merasakan
sendiri dahsyatnya sedekah. Subhanallah benar-benar amazing! Alhamdulillah sedari kecil saya sudah senang berbagi
dengan orang lain. Semua itu saya pelajari dari orang tua saya yang gemar berbagi dan memberi
kepada orang lain.
Selain dari sholat dan berpuasa,
katanya sedekah adalah ibadah yang sangat bagus. Karena dengan
sedekah kita bisa membantu dan meringankan beban orang lain. Tapi
sebelum-sebelumnya, kalau memberi saya memang belum pernah dalam jumlah yang
banyak. Karena masih sekolah, uang jajan yang pegang orang tua, dan belum
bener-bener paham artinya sedekah. Jadi dulu belum pas untuk disebut sedekah
kali ya? Lebih tepatnya memberi dan berbagi.
Tapi setelah kuliah, saya mulai belajar
memahami makna dari sedekah. Walaupun jumlahnya belum terlalu besar, tapi saya
mulai berlatih untuk sedekah. Sebagian dari uang saya, saya sisihkan untuk
sedekah. Memang sih, saya belum
sering sedekahnya. Saya masih sering tergoda memakai uang saya untuk beli ini
itu, apa yang saya inginkan. Maklum namanya masih muda pasti pingin nonton,
jalan-jalan, makan, belanja. Hehehe.....
Tapi setelah saya lulus S1 dan
melanjutkan S2 sambil magang advokat, saya mulai berlatih untuk mentertibkan
diri dalam bersedekah. Salah satu bukti nyata dari kekuatan sedekah yang sudah
saya rasakan, adalah ketika saya sedang menyelesaikan tesis hingga lulus
pendadaran. Setiap mengingat tentang kisah ini, saya merasa terharu karena teringat kembali dengan
perjuangan panjang yang saya lewati untuk bisa lulus. Saya juga terkenang
kembali, betapa Kebesaran Allah itu sangat nyata.
Pada bulan Februari 2008 saya mengambil
S2 Magister Hukum dengan konsentrasi Bisnis di UGM Yogyakarta. Masa perkuliahan
saya lalui dengan cukup lancar, walaupun sempat ada mengulang 3 mata kuliah
karena nilainya kurang puas. Alhamdulillah yang 2 berhasil naik nilainya dan
yang 1 tetap diam di tempat, karena dosennya memang terkenal sebagai Profesor
yang susyaaaahhhh bangeetttt nilainya. Hehehe.....
Saat masuk semester tiga saya mulai
siap-siap untuk tesis, karena ingin cepat lulus dalam 2 tahun (tahun 2010). Dari semua mata kuliah, saya membuat 3 pilihan untuk
dijadikan bahan tesis, yaitu Perbankan, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dan
Investasi. Setelah mempertimbangkan baik-baik, saya akhirnya mantap untuk memilih HKI.
HKI ada 7 bidang, yaitu Merek, Paten,
Hak Cipta, Desain Industri, Rahasia Dagang, Varietas Tanaman, dan Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu. Saya sempat bingung mau ambil bidang apa, kemudian saya
konsultasi dengan dosen yang mengajar HKI, Bapak Tommy. Setiap selesai kuliah
HKI, saya mencoba untuk bertanya tentang HKI kepada beliau. Kemudian dari 7
bidang itu saya memilih 2, yaitu Hak Cipta dan
Rahasia Dagang. Pertimbangan saya saat itu adalah sudah banyak mahasiswa lain yang mengambil tesis tentang
Merek, Paten, dan Desain Industri.
Setelah berpikir kembali, akhirnya saya
memutuskan untuk mengambil bidang Rahasia Dagang. Rahasia Dagang yang saya
tulis sebagai tesis adalah Rahasia Dagang dari restoran. Kenapa restoran? Karena saya
hobi kuliner dan punya banyak kenalan pemilik serta pengelola restoran di Solo dan Yogyakarta.
Setelah semuanya siap, saya pun meminta
formulir untuk usulan judul tesis ke bagian akademik. Kebetulan saya mengenal
baik orang-orang di akademik seperti mbak Dian, mas Asep, dan pak Jack. Mereka
dengan baik hati banyak membantu saya selama kuliah. Mulai dari memberitaukan
jadwal kuliah, mengurus hal-hal yang berkaitan dengan perkuliahan, dll.
Saat mengajukan usulan judul tesis
kepada Ketua Pengelola, saya berharap pembimbing saya adalah pak Tommy, dosen yang pandai di bidang HKI. Sebenarnya awalnya saya sangat ingin
Prof. Nindyo, dosen senior yang juga ahli
di bidang HKI, tapi sayang
beliau sudah
jarang ada di tempat karena lebih banyak di Jakarta.
Harapan saya ternyata tidak menjadi
nyata. Formulir usulan judul tesis yang saya ajukan sudah di-acc, tapi saat saya membaca pembimbing
yang diberikan….hohoho....
Mata saya tidak bisa berkedip
dan hanya tertegun. Disana ditulis pembimbing saya hanya satu, tidak dua
seperti pada umumnya dan namanya adalah X (maaf saya
tidak bisa menyebutkan namanya). Siapa itu? Saya merasa asing dengan nama
beliau karena selama kuliah sama sekali belum pernah diajar. Akhirnya saya
bertanya ke bagian akademik dan beberapa teman tentang beliau dan dimana saya
bisa menemuinya untuk konsultasi.
Setelah mendapat informasi, saya
langsung menemui pembimbing ke
gedung Magister Kenotariatan yang ada di gedung IV, berdekatan dengan gedung
Magister Hukum yang ada di gedung III. Sampai disana ternyata beliau sedang
tidak ada di tempat, saya pun menunggu untuk beberapa saat. Tidak sampai satu
jam, beliau datang dan saya langsung menghadap untuk konsultasi. Formulir
usulan judul tesis yang saya ajukan mendapat revisi di bagian judul dan permasalahannya.
Satu minggu kemudian, saya mengahadap
lagi kepada beliau untuk memberikan revisi formulir usulan judul tesis.
Ternyata ada sedikit revisi lagi di bagian permasalahan. Saya pun langsung
memperbaiki lagi dan menyerahkannya kepada beliau. Setelah diterima, saya
diminta untuk membuat proposal tesis dan dikirim kepada beliau melalui email.
Tanpa banyak bertanya, saya langsung mengerjakan karena ingin cepat lulus.
Setelah selesai membuat proposal tesis,
saya langsung mengirimkan kepada beliau melalui email. Selanjutnya saya duduk manis bekerja di kantor sambil menunggu
balasan email dari pembimbing.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan akhirnya satu bulan lebih kok
belum ada kabar ya? Saya sudah mulai gelisah. Akhirnya saya memberanikan diri untuk menelpon
pembimbing. Tidak diangkat. Ternyata beliau tidak berkenan untuk ditelpon oleh
mahasiswanya, beliau sms saya yang memberi tau kalau komunikasinya melalui sms, email, atau bertemu langsung saja. Upss!
Kok gitu ya? Tapi
ya sudahlah saya mengikuti saja. Tugas murid kan patuh sama guru, selama itu tidak
melanggar aturan.
Hehehe......
Saat saya sms beliau bagaimana nasib proposal saya, beliau menjawab
belum sempat dicek karena masih sibuk. Saya diminta untuk menunggu dan
menghubungi beliau tiga minggu lagi. Dalam hati saya berkata, “ngecek proposal aja lama bener harus
tiga minggu lagi”.
Tapi ya sudah, saya memang harus sabar karena dosen pasti banyak kerjaannya.
Tiga minggu kemudian, saya sms beliau
lagi untuk menanyakan tesis. Lagi-lagi beliau menjawab belum dicek karena harus
ke luar kota untuk tugas. Saya diminta untuk menunggu lagi. Beliau akan
mengabari saya kalau sudah selesai dicek. Akhirnya saya menunggu dan menunggu
dengan sabar. Tapi kok yang ditunggu-tunggu
tak juga datang ya? Saya sudah mulai gerah juga, karena takut tidak bisa cepat lulus.
Selain saya, ternyata beberapa sahabat
saya juga beliau pembimbing tesisnya. Nasib mereka juga sama persis dengan
saya. Proposal tesis bahkan ada yang usulan judulnya belum jelas nasibnya.
Situasi ini tidak membuat saya lantas diam dan pasrah, saya mencoba untuk
sering menghubungi pembimbing tesis saya. Saya sering mengirim sms kepada
beliau untuk menanyakan proposal tesis saya. Walaupun kadang tidak dibalas,
tapi saya cuek aja sms terus. Mungkin sampai
beliaunya BT sama saya kali ya? Hehehe......
Sampai akhirnya tiga bulan kemudian,
kabar yang ditunggu pun datang. Beliau memberi tau kalau proposal saya sudah
dicek dan ada revisi. Sebentar lagi akan di-email
ke saya. Benar saja, tidak lama kemudian emailnya masuk ke saya. Karena saya
pakai BB, jadi emailnya bisa langsung saya buka. Daaannn.........ooo.....laaa....laaaa......
Banyak banget yang direvisi!! Hhhmmm......tapi baiklah tidak apa-apa, akan saya
kerjakan dan perbaiki sesuai dengan yang diinginkan oleh beliau. Tidak perlu
waktu lama, setelah selesai langsung saya email ke beliau.
Tapi seperti sebelumnya, pembimbing
saya tidak cepat mengecek revisi proposal saya. Saya terpaksa “curhat” kepada mbak
Dian dan mas Asep tentang pembimbing dan nasib tesis saya karena saya sudah
mulai tidak sabar. Saya juga saling curhat dengan sahabat-sahabat
yang pembimbing tesisnya sama dengan saya. Kita merasa senasib karena tesis
yang belum jelas.
Berbulan-bulan lamanya, nasib atas
proposal tesis saya tak kunjung jelas. Begitu juga dengan sahabat-sahabat saya.
Sempat ada keinginan dari saya untuk ganti pembimbing. Tapi saat saya mengahadap
ketua pengelola magister hukum saat itu untuk meminta ganti pembimbing, saya harus kecewa karena ditolak. Alasannya
prosesnya tidak mudah dan nantinya harus memulai dari awal lagi. Semakin
bingung saya jadinya, keinginan cepat lulus sudah semakin besar tapi kondisi
dan situasi tidak mendukung.
Setelah satu tahun lebih, saya sudah
habis kesabaran. Akhirnya saya nekat mulai mengerjakan tesis walaupun revisi
proposalnya belum ada kabar. Saya mulai mengetik
dan menyebarkan kuisioner, tidak perduli nanti mau dimarahi oleh pembimbing atau
bagaimana. Pokoknya saya terus mengerjakan tesis.
Setelah sampai di bab 3, saya
memutuskan untuk menge-print.
Revisi proposal juga saya print. Selanjutnya keduanya saya jilid rapi dan saya
serahkan kepada pembimbing tesis. Saya sengaja tidak sms beliau untuk janjian bertemu,
saya dengan PD-nya
langsung ke kampus dengan membawa tesis 3 bab dan revisi proposal. Sampai di
kampus, eng….ing….eng….ternyata beliaunya tidak ada. Hehehe......
Aksi PD saya ternyata gagal. Tapi saya tidak kehilangan akal, saya letakkan
saja di meja beliau lalu saya sms untuk memberi tau bahwa saya sudah
menyerahkan hard copy revisi proposal
tesis dan tesis 3 bab di meja beliau. Saya tunggu-tunggu tidak juga dibalas.
Wahh....saya langsung berpikir, jangan-jangan
beliau tidak berkenan ya dengan kenekatan saya? Biarin ajalah, yang penting
saya sudah usaha. Besok kalau sudah lihat proposal dan tesis saya di meja, tidak mungkin akan dibuang sama beliau, pasti akan dibaca. Pokoknya saya tetep yakin dan PD saja!
Keesokan paginya, pembimbing saya
membalas sms. Beliau hanya menjawab, “Iya, mbak. Trims”. Sedikit lega saya, karena beliau
merespon. Saya pun kembali menunggu. Dan sudah dapat diduga, saya harus kembali
menunggu lama. Jujur saya sempat marah dan hampir hilang kesabaran. Karena
orang tua, kakak-kakak, saudara-saudara, dan teman-teman saya semakin sering bertanya kapan saya lulus. Saya merasa
sangat tidak enak terutama kepada orang tua saya. Saya mendadak merasa jadi orang yang bego banget, masa S2 tidak bisa lulus dalam 2 tahun. Masalahnya
nyangkut di tesis lagi. Aduuuhhhh! Padahal kakak sulung saya saja, S2-nya ambil dua dan semuanya lulus tepat
waktu.
Saya benar-benar merasa “hopeless” saat itu, ngga tau lagi harus
gimana. Beruntung saya punya sahabat-sahabat yang sangat baik, mereka selalu
mendengarkan curhatan saya. Dukungan dan do’a dari keluarga dan sahabat-sahabat
adalah semangat saya untuk terus
berjuang. Walaupun terkadang saya merasa down karena sudah stres menghadapi tesis yang tak kunjung selesai.
Dalam keadaan yang “hopeless” itu,
saya tidak sengaja menemukan buku berjudul “The
Miracle Of Giving” karya Ustadz Yusuf Mansyur saat jalan-jalan ke Gramedia.
Karena saya hobi membaca, buku itupun saya beli. Sampai di rumah saya membuka
dan membacanya. Saya terwow-wow dengan tulisan di buku itu. Kekuatan sedekah
ternyata sangat hebat.
Saya kemudian mempraktikannya. Walaupun saya sudah melakukan
sedekah, tapi saya mencoba untuk
semakin sering bersedekah dengan niat agar segera lulus, di samping sholat Tahajjud dan Dhuha.
Selain itu saya juga menambahkan sholat Hajat dan terus berpuasa Senin-Kamis, agar keinginan saya
untuk lulus bisa segera terwujud. Semangat saya kembali berkobar dan membuang
jauh-jauh perasaan “hopeless” itu.
Sekitar dua-tiga bulan kemudian. Saya seperti
menemukan air zam-zam di tengah padang pasir, teman kakak saya ada yang kenal baik dengan pembimbing saya dan
bersedia membantu
untuk berbicara dengan pembimbing agar tesis saya segera dicek oleh beliau. Lebih dari itu, saya terus bersedekah
dan berdo’a agar Allah segera mengabulkan harapan saya. Tidak menunggu lama,
pembimbing saya mengirim sms kalau proposal tesis dan tesis 3 bab saya sudah
dicek oleh beliau dan ada beberapa revisi. Woooohoooo......saya
senang sekali!! Dengan semangat 45 saya langsung mengerjakan bagian-bagian yang
direvisi. Butuh waktu sekitar satu minggu lebih, karena banyak perkejaan yang
harus saya selesaikan saat itu.
Setelah selesai, saya kirim kembali kepada pembimbing dan
menunggu dicek oleh beliau. Sekali lagi, kekuatan sedekah memang luar biasa.
Bimbingan tesis saya mulai lancar, pembimbing saya lebih cepat dalam mengecek
tesis saya. Alhamdulillah Allah
memberi kemudahan untuk saya. Saya kembali membuat target untuk lulus bulan
Januari 2012, karena sudah sangat telat. Seharusnya lulus tahun 2010, seperti
perhitungan awal saya masuk kuliah.
Perhitungan saya lagi-lagi meleset, pembimbing saya harus ke luar
negeri. Jadi saya harus bersabar lagi untuk menunggu. Lemaslah badan saya.
Harapan untuk wisuda bulan Januari 2012 tidak bisa terwujud. Saya kembali kecewa, tapi tidak putus asa. Saya berusaha tetap optimis bahwa semua bisa menjadi
nyata. Hanya saja saya memang harus lebih bersabar lagi untuk menunggu.
Setelah berdamai dengan kenyataan, saya
kembali membuat target baru untuk lulus bulan April 2012. Kali ini harus berhasil dan
tidak bisa ditawar lagi! Saya lebih gigih untuk berjuang dan berusaha. Do’a,
sholat Hajat, dan sedekah semakin kencang saya
lakukan. Saya juga semakin rajin “mengganggu” pembimbing saya dengan sms-sms
untuk menanyakan tesis saya. Hehehe..... Saya beberapa kali menyampaikan kepada
beliau, bahwa saya ingin wisuda bulan April,
jadi mohon beliau membantu saya. Saya sudah masa bodoh kalau beliau nantinya
sampai marah sama saya karena terusik ketenangannya. Hehehe......
Alhamdulillaaahhhh.......tesis saya akhirnya selesai
sudah direvisi oleh pembimbing. Beliau sudah menyetujui keseluruhan isi dari
tesis saya. Bukan main senangnya hati saya, hampir saja mau lompat-lompat
karena kegirangan. Untungnya saya masih bisa menahan diri dan hanya tersenyum
riang. Tapi oh tapi, masalah belum selesai ternyata. Pembimbing saya lagi-lagi
harus ke luar negeri, beliau ada tugas ke
Australia. Jadi untuk pendadarannya, saya harus menunggu beliau pulang. Itu
artinya saya tidak bisa wisuda bulan Juli
dan harus ikut yang bulan Oktober.
Perasaan saya langsung campur aduk tidak karuan. Badan saya lemas dan kedua
mata saya memanas hampir menangis. Speechless!!!
Dalam beberapa detik saya berusaha
untuk mengontrol diri dan emosi. Saya tidak boleh menangis. Apa kata pembimbing
saya nanti kalau sampai beneran nangis? Haduuuhhhhh jangan sampai deh! Sambil
mengucap Basmallah dalam hati, saya tiba-tiba teringat kalau dalam perjalanan
ke kampus tadi saya bersedekah kepada
pengemis tua yang cacat.
Akhirnya saya mencoba untuk berbicara dan bernego dengan pembimbing saya,
apakah tidak ada cara lain agar saya bisa wisuda bulan depan yaitu bulan April? Tidak diduga sama sekali, beliau
menjawab “ada”. Saya bisa melaksanakan
pendadaran tanpa beliau, diganti dengan dosen lain bersama dua dosen penguji.
Terbengonglah saya, masa iya saya harus pendadaran tanpa pembimbing? Lalu nanti
siapa yang akan menolong saya saat pendadaran kalau sampai ada pertanyaan yang
tidak bisa saya jawab? Saya pun diam dan berpikir.
Tiba-tiba suara pembimbing membuyarkan
lamunan saya, “gimana, mbak Annisa?”,
aduuuuhhhhh saya semakin bingung. Tapi keinginan untuk segera lulus dan wisuda
sudah sangat kuat, saya tidak bisa menunggu lagi. Akhirnya dengan berat hati,
saya pun bersedia untuk melaksanakan pendadaran tanpa beliau. Konsekuensinya
saya harus siap diganti oleh dosen lain ditambah 2 dosen penguji. Bagaimana
nantinya, saya pikir belakangan. Sekarang yang penting saya bisa pendadaran dan
lulus bulan depan.
Keluar dari ruangan pembimbing, saya
langsung menuju ke bagian akademik di lantai dua sambil membawa tesis dan beberapa
berkas. Saya menemui mbak Dian untuk mendaftar pendadaran. Namun sekali lagi
masalah muncul, ternyata belum
berakhir perjuangan saya karena harus merasa panik
lagi. Pendaftaran pendadaran sudah ditutup, karena pendadaran akan dilaksanakan
hari Senin. Sedangkan sekarang sudah
hari Jum’at. Sumpah saya beneran pingin
jatuh ke lantai dan menangis.
Susah banget jalannya ya untuk bisa lulus S2. Padahal keinginan saya bukan hal
yang susah dan tidak
merugikan orang lain, tapi kenapa kok kayak gini banget?
Bersyukur mbak Dian orangnya sangat
baik, dia seolah tau perasaan saya. Dengan kata-kata yang manis, dia memberikan
secercah harapan untuk
saya. Dia bersedia menanyakan apakah saya bisa mendapat sedikit dispensasi
untuk mendaftar pendadaran hari Senin. Saya pun menunggu dengan penuh harap,
semoga ada keajaiban untuk saya. Dalam hati saya terus berdo’a. Tik tok tik tok, mbak Dian akhirnya
muncul sambil tersenyum, dia mengatakan saya bisa mendaftar sekarang. Prof. Hawin
(ketua pengelola magister hukum yang baru) memberi dispensasi untuk saya mendaftar pendadaran hari Senin.
Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah. Bahagia sekali rasanya, saya sampai
menitikkan air mata. Pingin banget meluk mbak Dian, tapi sayangnya terhalang
oleh kaca. Hehehe.......
Setelah diberi daftar persyaratan untuk
pendadaran oleh mbak Dian, saya langsung bergegas ke
bank untuk membayar karena waktunya sudah mepet, tinggal 1 jam sebelum
pukul 12.
Tapi saat mau menuruni tangga kampus, saya tiba-tiba teringat sesuatu. Saya
langsung menepi dan bersujud di lantai. Saya sujud syukur karena sudah dimudahkan
oleh Allah dan diberi kesempatan untuk bisa pendadaran hari Senin. Sedekah
memang dahsyat kekuatannya. Kebesaran Allah benar-benar nyata! Kemungkinan yang
hanya 0,0000000000001% (hampir tidak mungkin)
ternyata sangat bisa terjadi. Sudah jelas-jelas pendaftaran pendadaran ditutup,
tapi ada keajaiban untuk saya sehingga bisa mendaftar pendadaran hari Senin.
Memang benar, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, sekalipun peluangnya
sangat-sangat kecil. Ketika Allah berkehendak dan mengucap “Kun Faya Kun!” maka
segalanya akan terjadi dalam sekejap. Tanpa saya sadari, ternyata saat sujud
syukur ada sejumlah masahasiswa Magiater Notariat dan beberapa dosen/karyawan
yang melihat saya dengan heran. Dalam hati sebenarnya saya geli sendiri karena jadi pusat
perhatian, tapi saya pura-pura cuek dan berdiri lalu ngeloyor pergi. Hehehe.....
Sujud syukur kan bukan hal memalukan, itu wujud terima kasih kita kepada Allah.
Setelah semua persyaratan lengkap dan
sudah selesai mendaftar, saya langsung menelepon keluarga dan sahabat untuk
mengabari. Mereka ikut senang dan bersyukur. Selesai menelepon, saya duduk terdiam
di dalam mobil. Saya berkali-kali mengucapkan syukur kepada Allah. Akhirnya
penantian panjang saya untuk lulus, sudah hampir berakhir, tinggal menunggu
pendadaran. Tesis sudah sukses membuat saya beberapa kali menangis karena
hampir putus asa. Tapi saya bersyukur karena selalu mengingat Allah sehingga
tidak benar-benar putus asa. Saya juga beruntung sekali karena memiliki
keluarga dan sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan menyemangati saya.
Sepuluh menit
kemudian saya
meninggalkan kampus. Dalam perjalanan kembali ke kantor, saya mencari
orang-orang yang membutuhkan bantuan. Beruntung saya berhasil menemukan dua
orang untuk bersedekah.
Niat saya agar dimudahkan saat pendadaran hari Senin nanti. Semoga dosen yang
menggantikan pembimbing saya dan 2 dosen pengujinya semuanya baik, tidak
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sulit, dan tidak pelit nilai. Hehehe.....
Hari Senin tanggal 19 Maret 2012 pun
datang. Dalam perjalanan menuju kampus, saya kembali bersedekah. Tiba di kampus
pukul 9 pagi. Saya ditemani oleh kakak saya dan seorang staff kantor. Saya
sudah duduk manis di lantai dua, menunggu untuk pendadaran. Sambil menunggu
giliran, saya kembali membaca tesis, buku, dan Undang-undang HKI. Walaupun
dalam hati sangat deg-degan, tapi saya berusaha untuk tenang. Saya melihat
mahasiswa-mahasiswa lain yang juga menunggu pendadaran, wajah mereka terlihat
tenang semua. “Waduuhh....ngga salah nih? Kok pada tenang banget ya, malah pada asyik ngobrol dan bercanda
padahal saya udah sport jantung gini.”, bathin saya. Hhmmm.....tapi ya sudah, biarin ajalah.
Mungkin mereka memang sudah lebih siap.
Hehehe......
HP saya berbunyi, mami dan papi menelpon
memberikan do’a dan semangat untuk saya, senang sekali. Saya merasa lebih tenang karena yakin do’a orang tua itu mustajab.
Saya kembali melanjutkan membaca tesis dan buku. Tiba-tiba lantai bergoyang, dos snack dari kampus dan buku di atas meja bergeser. Kenapa nih?? Oh My God.....GEMPAAA!!! Astaghfirullah semua langsung pada lari turun ke bawah dan keluar gedung
kampus. Saya juga melakukan hal yang sama, tapi saat tiba di tengah tangga,
saya kembali naik untuk mengambil buku-buku yang tertinggal dan ngabur lagi ke
bawah keluar gedung.
Alhamdulillah gempa yang terjadi tidak
berakibat apa-apa di kampus. Setelah beberapa menit berada di luar, saya dan
yang lainnya kembali ke lantai dua untuk menunggu. Setelah menunggu dua jam,
saya memutuskan untuk menelpon mbak Dian dan bertanya jam berapa pendadaran
dimulai. Hari itu tenyata ada pemilihan Rektor baru di UGM, jadi semua dosen
berkumpul di gedung rektorat. Pendadaran terpaksa mundur pelaksanaannya,
setelah acara pemilihan Rektor baru selesai. Huuuffftttt........ Baiklah saya akan sabar menunggu.
Pukul 11, kakak saya dan staffnya
terpaksa pulang karena harus kerja.
Sedih deh saya harus sendirian, ngga ada yang menemani. Berasa kayak anak yang hilang di hutan. Hehehe...... Tapi ngga
apa-apalah, saya ngga perlu takut. Ada Allah yang menemani saya dan ada do’a
orang tua, keluarga, sahabat yang menyertai saya. Semangaaaatttttt.....!!!!
Pukul 1 siang pendadaran dimulai. Saat
jam sudah menunjuk ke angka 1.30, giliran saya tiba. Ternyata pendadaran tidak
dilaksanakan di satu ruangan dengan tiga dosen yang menguji secara bersamaan. Pendadaran
dilaksanakan secara terpisah, di tiga ruangan yang berbeda. Haduuuhhhh sereemmm
nihhh.... Bismillahirrohmanirrohiiimmm..... Saya memulai pendadaran. Saya masuk
ke ruangan satu per satu. Setiap kali bertemu dengan dosen yang menguji, saya
langsung tersenyum dan menjabat tangan dengan ramah. Saya menjawab setiap pertanyaan dengan sikap
yang sopan, jawaban yang mantap, dan penuh keyakinan. Ada sedikit surprise sekaligus
rasa senang, dosen yang menggantikan pembimbing
saya ternyata adalah Prof. Nindyo, dosen senior yang awalnya ingin saya pilih sebagai pembimbing
tesis.
Alhamdulillah, ketiga penguji
pendadaran saya sangat baik dan sama sekali tidak menyeramkan. Saya bisa
menjawab semua pertanyaan dengan
tenang. Insya Allah tidak ada yang terlewat. Usai pendadaran saya langsung menelpon
orang tua saya untuk mengabari sekaligus meminta do’a agar nanti nilai tesisnya A. Tragis banget
dong, udah telat 2 tahun untuk lulus masa nilai tesisnya ngga A? Waahhh bisa rugi
bandar saya.
Hehehe..... Dalam perjalanan ke kantor, saat berhenti di lampu merah, ada
pengemis yang sudah tua renta.
Saya bersedekah kepada bapak tua itu. Lagi-lagi sambil berdo’a semoga nilai
tesis saya A. Walaupun sebenarnya memberi kepada pengemis itu tidak dianjurkan,
karena pengemis zaman sekarang itu kebanyakan adalah orang yang sehat tapi
malas kerja, tapi hari ini pengecualian karena pengemis itu sudah sangat tua dan
saya kasian melihatnya.
Hari Rabu, 25 April 2012. Di Gedung
Grha Sabha UGM, saya melaksanakan wisuda didampingi oleh kedua orang tua saya.
Bahagia, lega, haru, campur jadi satu. Finallyyyy.....setelah empat tahun akhirnya saya
lulus S2 juga!
Walaupun ada penyesalan karena harus selama itu waktu yang saya tempuh untuk
kuliah S2. Padahal normalnya hanya 2 tahun. Tapi kenyataannya saya harus butuh
4 tahun untuk bisa menyandang gelar “M.H.” (Magister Hukum). Waktu kuliah S2
saya ini bahkan lebih lama dari kuliah S1 yang saya tempuh 3 tahun 9 bulan. Tapi ya sudahlah, ikhlas saja. Semuanya sudah terjadi dan memang
harus begini jalannya. Saya tetap berterima kasih kepada pembimbing, karena beliau sudah mengajarkan saya
untuk bersabar. Hikmah yang saya dapatkan dari kuliah S2 ini adalah “Sabar dan
Berjuang”.
Kesabaran saya menanti 4 tahun untuk lulus dan harapan saya mendapat nilai A untuk pendadaran ternyata berbuah manis. Allah memberikan balasan yang indah untuk saya. Tidak sia-sia saya mengerjakan tesis selama dua tahun, penuh dengan perjuangan. Nilai tesis saya benar-benar A! Alhamdulillaahh……terima kasih, Ya Allah.
Sekali lagi saya bersyukur dengan
keajaiban dari sedekah. Kekuatannya luar biasa dan nyata terjadi. Saya akhirnya
bisa lulus S2 dan mendapat nilai tesis A. Allah sungguh baik sekali kepada saya. Hadiah dari-Nya
ini sangat indah.
Beberapa waktu sebelumnya, pada Januari 2009 saya juga merasakan berkah luar biasa dari sedekah. Saya mendapat
kabar dari seorang teman bahwa saya lulus ujian advokat PERADI. Bahkan sekarang
saya sudah menjadi salah satu pengurus di DPC PERADI Kota Yogyakarta. Sebelum melaksanakan ujian advokat pada Desember 2008, saya
memang menyempatkan
diri untuk bersedekah
kepada bapak tukang sampah yang lewat di depan
Fakultas Hukum UII, tempat ujian advokat PERADI. Niat saya saat itu agar diberi
kemudahan saat mengerjakan ujian advokat dan bisa lulus. Karena lulus ujian advokat itu sangat sulit. Tidak semua orang bisa
lulus hanya dengan sekali mengikuti ujian. Banyak yang harus mengulang beberapa
kali baru bisa lulus. Ibaratnya kelulusan ujian advokat PERADI itu seperti
kloter haji, lulus kloter pertama, kloter kedua, dan seterusmya. Hehehe..... Dan Alhamdulillah,
saya benar-benar lulus hanya dengan satu kali ujian advokat. Terima kasih, Ya
Allah. Engkau Maha Baik.
Sebagai
penutup cerita, untuk kesekian kalinya saya sangat bersyukur dengan keajaiban
dan berkah dari sedekah. Selain dari sholat dan puasa, sedekah adalah ibadah
yang tak kalah penting. Kekuatannya benar-benar luar biasa. Berapapun jumlah
yang kita keluarkan untuk sedekah, akan menadapat balasan dari Allah hingga
700X bahkan lebih. Jadi jangan pernah ragu untuk bersedekah, tidak akan
berkurang harta kita apalagi jatuh miskin karena bersedekah. Justru
akan terus bertambah dan akan semakin banyak kebaikan dan kemudahan yang kita
terima dari Allah SWT. Selamat bersedekah ya... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar