8 Desember 2012

HATINYA BASAH




Kedua matanya menatap nanar
Seluas langit hitam tanpa bintang
Rembulan bersembunyi di balik awan
Diam membisu dalam kesunyiaan

Tubuhnya kaku duduk terpaku
Di hamparan butiran putih pasir
Angin menari-nari tak tersentuh
Menyapu gelombang tanpa nada

5 Desember 2012

SELEPAS SHOLAT ASHAR



Seorang gadis duduk sendirian di warung bakso yang ada di komplek rumahnya. Dia meminum es jeruk sambil sesekali melihat orang-orang yang sedang makan bakso di dekatnya. Dia terlihat cantik mengenakan celana jins, baju putih, dan sepatu terepes. Kepalanya dibalut jilbab yang ditata cantik. Dia memang seorang muslimah yang modis, anggun, dan cantik.
Wajahnya langsung sumringah saat melihat seorang pria tinggi dan tampan berjalan ke arah warung bakso. Pria bermata agak sipit itu berpakaian rapi dengan celana jins, baju putih, dan sepatu gaul. Dia tersenyum dan melambaikan tangan pada gadis yang duduk menunggunya.
“Hai, Rayya.. Assalamu’alaikum.” sapa pria yang rambutnya ditata khas anak muda.
“Hai, Fahri.. Wa’alaikumsalam.” balas Rayya lalu tersenyum.
“Maaf ya aku terlambat, Rayya.. Tadi sehabis sholat Ashar, aku mau langsung ke sini. Tapi Mama minta dibeliin sesuatu ke mini market. Soalnya bi Munah lagi repot di dapur.”
“Ngga apa-apa kok, aku juga belum lama di sini. Tadi selesai sholat Ashar, aku juga nungguin Aliya pulang dulu. Soalnya Papa sama Mama baru pergi, mbak Sumi masih pulang kampung.”
Fahri melihat jam tangannya. Pukul lima lebih sepuluh menit. “Masih ada waktu untuk makan bakso sebelum adzan Maghrib. Kita makan dulu yukk...”
“Iya. Yuukk kita pesan sama bang Amir.”
Rayya dan Fahri adalah tetangga di komplek perumahan Griya Asri, rumah mereka hanya berbeda blok. Sudah dua tahun ini mereka pacaran. Tapi seperti itulah gaya pacaran mereka, tidak seperti anak muda pada umumnya. Mereka menjalin hubungan dengan sangat menjaga diri masing-masing.
Selama mereka pacaran tidak pernah sekalipun mereka melakukan hal-hal yang melanggar agama. Mereka adalah anak muda yang sholeh dan sholeha. Walaupun mereka anak muda yang gaul dan selalu mengikuti perkembangan zaman, tapi mereka rajin beribadah dan kelakuannya santun.
Sudah kesekian kalinya, Rayya dan Fahri membuat janji untuk bertemu selepas sholat Ashar seperti ini. Biasanya mereka akan makan bakso atau siomay atau mie ayam di warung yang ada di komplek rumah mereka. Setelah itu mereka akan mengobrol panjang lebar sambil menunggu adzan Maghrib. Jika Maghrib sudah datang, mereka akan sholat bersama-sama di masjid komplek rumah.
Adzan Maghrib berkumandang dengan indahnya. Rayya dan Fahri menyudahi obrolan mereka. Rayya berdiri dari kursinya sambil menenteng tas kecil dan tas mukena. Fahri juga berdiri sambil memegang peci yang tadi dibawanya. Fahri membayar bakso dan minuman kepada bang Amir, lalu dia dan Rayya berpamitan kepada penjual bakso yang sudah akrab dengan mereka.
“Sekarang kita sholat berjamaah dulu ke masjid ya.. Besok-besok kita janjian lagi setelah sholat Ashar.” ajak Fahri.
“Iya. Masih ada hari esok untuk bertemu lagi.” ucap Rayya.
Dua sejoli itu berjalan beriringan menuju masjid untuk menunaikan ibadah sholat Maghrib bersama.

15 November 2012

CERITA DARI YOGYAKARTA

Aina duduk sendirian di sebuah coffee shop. Dia memandangi hujan yang turun dari kaca jendela yang ada di dekatnya. Mobil dan motor yang berlalu lalang dengan kecepatan rata-rata, terlihat agak buram karena derasnya hujan yang turun disertai angin. Namun pemandangan itu sama sekali tidak dinikmati olehnya. Aina yang sangat menyukai hujan, seolah begitu menikmati ditemani pikirannya yang sedang melayang ke sebuah kisahnya di masa lalu.
Aina teringat, delapan tahun yang lalu dia begitu ingin pindah kuliah di Jogja. Dia ingin transfer kuliah di Fakultas Kedokteran di universitas di Jogja dan meninggalkan kampus Kedokteran di universitas di Semarang, tempat dia kuliah selama satu tahun. Keinginannya yang tidak masuk akal itu dikarenakan sebuah alasan yang egois, dia ingin mengejar cintanya. Tentu saja keinginan gilanya itu tidak bisa diwujudkan dengan mudah. Dalam hatinya, dia tidak punya keberanian untuk menyampaikannya kepada orang tuanya. Dia sepenuhnya sadar, orang tuanya tidak akan mungkin mengizinkan.
Ketika Aina curhat pada sahabat-sahabatnya, tidak ada satupun yang mendukung keinginannya. Mereka justru menentang dan memberikan ceramah panjang lebar agar Aina tidak terlalu mengikuti keinginan hati yang tidak masuk akal itu. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya dia mengubur keinginannya dan tetap melanjutkan kuliahnya di Semarang.
Demi cintanya pada Faraz, Aina tidak kehilangan akal. Dia berhasil menemukan cara agar bisa tetap bertemu dengan Faraz. Setiap weekend, dia selalu meluangkan waktu untuk pergi ke Jogja menemui Faraz. Aina rela menempuh perjalanan tiga jam ditemani seorang sahabatnya yang paling dekat dengannya, hanya untuk bertemu dengan Faraz.

12 November 2012

MY BEAUTIFUL LIFE


Naura divonis mengidap penyakit Lupus saat dia masih kuliah di fakultas ekonomi jurusan akuntansi semester enam. Pengobatan langsung dilakukan oleh Naura karena Lupus adalah termasuk penyakit mematikan yang setara dengan kanker. Namun pengobatan yang dilakukan oleh Naura tidak bisa menyembuhkan, karena Lupus termasuk dalam golongan penyakit yang belum ditemukan cara pengobatannya agar bisa sembuh total.
Saat ini Naura sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta sebagai accounting. Dia menjalani hari-harinya dengan cara yang sangat normal seperti orang sehat pada umumnya. Penyakit yang bersarang di dalam tubuhnya, sama sekali tidak membuatnya menjadi gadis yang lemah dan manja.
Ketika Lupus sedang aktif di dalam tubuhnya, seluruh badannya akan terasa pegal, lemah, kelelahan yang berlebihan, dan muncul ruam merah di kedua pipi dan hidungmya. Maka dia memilih untuk beristirahat agar tidak semakin tersiksa. Sebagai Odapus (orang hidup dengan Lupus) Naura harus menghindari beberapa hal, seperti terkena sinar matahari langsung, mengurangi beban kerja yang berlebihan, menghindari pemakaian obat tertentu, dan stres. Karena jika semua itu dilanggar, akan dapat membangunkan Lupus yang tertidur dalam tubuhnya.

♥♥♥♥♥♥

1 November 2012

PANGGIL AKU TANISHA



Tanisha dan Aylin adalah dua sahabat waria. Mereka tinggal di sebuah kontrakan sederhana. Meskipun waria, mereka tidak pernah berperilaku buruk dan merugikan. Sebaliknya, mereka sangat ramah dan baik sehingga disukai para tetangganya.
Tanisha sebenarnya berasal dari keluarga kaya raya. Papanya adalah seorang pengusaha sukses. Dia anak sulung dan memiliki dua adik perempuan. Nama aslinya adalah Altan Mahvin Dilara, sedangkan Tanisha adalah singkatan dari nama Mamanya Tasnim Sharliz. Saat remaja, kecenderungan Tanisha dalam perilaku seperti perempuan memang sudah terlihat. Dia lebih suka berteman dengan perempuan, perasaannya halus, dan hobinya membaca majalah fashion. Saat berada di LA, dia keluar dari kuliahnya dan pindah ke sekolah fashion desaigner. Keluarganya terutama Papanya syok berat saat Tanisha mengatakan ingin beroperasi transgender dan menjadi desainer di luar negeri setelah kembali ke Indonesia. Keinginannya itu ditentang keras oleh Papanya, namun Tanisha tidak menyerah. Dengan tabungan yang dimilikinya dan menjual mobilnya, dia terbang ke luar negeri untuk operasi. Saat kembali pulang, dia bertengkar hebat dengan Papanya yang berujung dengan diusirnya dia dari rumah dan dicabut semua fasilitas yang diberikan padanya.
Sudah tiga tahun ini Tanisha meninggalkan rumahnya. Dia mulai membangun impiannya menjadi seorang desainer dengan bekerja di sebuah butik. Pemiliknya bernama mbak Henna, adalah seorang desainer yang lumayan terkenal di Malang, orangnya sangat baik dan mau memberi kesempatan pada Tanisha untuk mengembangkan bakatnya dengan ilmu yang dimilikinya.

♥♥♥♥♥♥


29 Oktober 2012

SEMOGA





Dulu...
Daun ini pernah hijau
Daun ini pernah tumbuh
Daun ini pernah mewangi
Daun ini pernah berarti

27 Oktober 2012

IZINKAN AKU KEMBALI


Sejak kekasihnya meninggal delapan bulan yang lalu, Nayla seperti orang yang kehilangan harapan dan cahaya hidup. Dia tenggelam dalam kepedihan dan keputusasaan. Rasa perih di hatinya karena Rizky pergi untuk selama-lamanya, semakin dalam menyeretnya ke jurang keterpurukan.
“Nayla, sampai kapan kamu mau terus seperti ini?” tanya Misha, sahabat terdekat Nayla. Tangannya membelai kepala Nayla yang tiduran di kasurnya.
“Aku juga ngga tau, Sha..” jawab Nayla pelan.
“Sayang, sudah saatnya kamu harus bangkit. Kehilangan Rizky tidak berarti hidupmu berhenti. Rizky sudah tenang di sisi-Nya. Kamu harus melanjutkan hidupmu.”
“Aku ngga tau bagaimana caranya menjalani hidupku tanpa Rizky.”
“Aku tau Rizky itu bagian dari dirimu, tapi dia bukan seluruh hidupmu. Orang tua dan kakak-kakakmu di bawah, aku dan anak-anak, kita semua sangat sayang dan perduli sama kamu. Kita akan selalu ada untuk kamu, Nayla.. Lanjutkanlah hidupmu untuk kita, orang-orang yang selalu mencintaimu.”
“Aku tidak tau harus melangkah ke mana, segalanya sangat gelap. Bagaimana bisa aku melanjutkan hidupku?”
Misha memegang wajah Nayla dan menatapnya. “Pergilah kepada Tuhanmu, Nayla.. Selama ini kamu sudah jauh dari-Nya. Kamu jarang bersujud pada-Nya, sehingga kamu menjadi orang yang sangat rapuh. Memang benar lima tahun kamu bersama Rizky, harapan dan masa depan telah kamu gantungkan padanya. Tapi tidak seharusnya perpisahan ini membuatmu tenggelam sedemikian dalam ke jurang kepedihan, sampai kamu kehilangan semangat begini. Mendekatlah pada Allah, sayang.. DIA yang akan memberimu kekuatan dan menuntunmu keluar dari kegelapan dengan cahaya terang-Nya.”

♥♥♥♥♥♥


ATAS NAMA CINTA

Fila sangat bahagia dengan hidupnya. Setelah tujuh tahun berpacaran, akhirnya dia menikah dengan Ghani, pria tampan yang lebih tua lima tahun darinya. Usai menikah, Fila dan Ghani memilih untuk menetap di Bandung walaupun keluarga mereka berada di Jakarta. Bandung memiliki makna sejarah untuk mereka. Di kota inilah mereka bertemu, saling jatuh cinta, kemudian berpacaran, dan akhirnya menikah.
Satu tahun menikah, kehidupan rumah tangga mereka sangat bahagia dan penuh cinta. Ghani sangat mencintai Fila. Sejak berpacaran hingga menikah, Ghani selalu berusaha membahagiakan Fila. Dia selalu memanjakan Fila dengan perhatian-perhatian kecil tapi bermakna, seperti memasak bubur untuk Fila saat Fila pulang dari rumah sakit dua tahun yang lalu. Dia juga sering meletakkan coklat di dalam tas Fila, karena dia tau Fila sering malas makan siang kalau sedang banyak kerjaan di kantor. Fila sendiri selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Ghani. Dia ingin mengabdikan hidupnya sebagai istri yang berbakti pada Ghani.
Di mata Fila, Ghani adalah pria yang sempurna. Ghani sangat dewasa, baik, sabar, bertanggung jawab, penuh perhatian, sangat perduli, dan selalu bisa membimbingnya. Dia sangat bersyukur, Tuhan sudah mempertemukan dan mempersatukan dia dengan Ghani. Fila yakin, bersama Ghani masa depan yang indah akan dia jelang. Dia siap mengarungi hidup dengan segala rintangan dan cobaan apapun, selama Ghani ada di sisinya. Fila mengakui, sebagian dalam dirinya mungkin lebih, sudah bergantung pada Ghani. Dia tidak bisa membayangkan kalau harus hidup tanpa Ghani nantinya. Fila selalu berdo’a, agar dia bisa menjalani hidup bersama Ghani hingga tua nanti dan berharap agar kelak kematian menjemput mereka bersama-sama. Dengan begitu dia tidak akan pernah merasakan hidup sendiri tanpa Ghani.

♥♥♥♥♥♥



INDAH PADA WAKTUNYA

 Sudah enam tahun Zahra dan Fathir pacaran. Mereka pasangan yang sangat serasi. Yang laki-laki tampan, kaya, dan kuliahnya S2 lulusan luar negeri. Yang perempuan cantik, baik, dan cerdas. Banyak orang yang iri dengan pasangan itu karena selalu rukun dan bahagia. Sejak masih kuliah S1 sampai sudah bekerja hubungan mereka tetap awet dan harmonis.
Tapi banyak yang tidak tau keadaan hubungan mereka yang sebenarnya. Dibalik keharmonisan Zahra dan Fathir, ada restu dari orang tua yang tak kunjung datang melengkapi kebahagiaan mereka. Orang tua Fathir tidak pernah merestui hubungan itu karena keluarga Zahra tidak cukup kaya bagi keluarga Fathir. Zahra hanya lulusan S1 yang bekerja di sebuah bank. Orang tuanya pembuat tempe, tahu, dan krupuk yang disetorkan ke pasar dan tempat makan. Kakak perempuannya sudah menikah dan bekerja di luar kota, adiknya masih kuliah semester dua. Keadaan seperti itu tidak sepadan sama sekali dengan keluarga Fathir yang kaya. Orang tua Fathir pengusaha batik yang sukses, dagangan batiknya tidak hanya laris di dalam dan luar kota tapi juga diekspor ke luar negeri. Fathir dan kakak perempuannya lulusan luar negeri semua dan ikut meneruskan bisnis keluarganya bahkan melebarkan sayap ke bidang lain.
Zahra sudah beberapa kali meminta putus dari Fathir karena tidak mau memaksakan hubungan yang tidak pernah direstui oleh orang tua Fathir. Saat Fathir melanjutkan S2 ke Jepang, Zahra sudah memutuskan komunikasi mereka berdua tapi Fathir terus saja mengejarnya dan tidak mau memutuskan hubungan. Fathir sangat mencintai Zahra, dia tidak mau berpisah dengan perempuan kalem itu. Bagi Fathir, Zahra adalah perempuan yang sempurna karena hatinya sangat baik, sabar, cerdas, tidak silau harta, mandiri, dan dewasa.
Fathir meminta Zahra untuk tetap bertahan dengan hubungan mereka. Dia minta diberi waktu untuk bisa meluluhkan hati kedua orang tuanya sampai mereka mau memberikan restu. Tapi penantian Zahra tak juga berakhir. Bulan demi bulan dan tahun demi tahun berganti, restu dari orang tua Fathir tak kunjung datang. Orang tua Zahra sudah menanyakan kelanjutan hubungan Zahra dengan Fathir. Zahra sudah berusia 25 tahun, sudah bekerja dan punya penghasilan sendiri, sudah saatnya untuk memikirkan pernikahan dan berumah tangga. Orang tua Zahra sudah menunggu-nunggu Fathir untuk membicarakan masa depan hubungannya dengan Zahra secara serius.

♥♥♥♥♥♥


26 Oktober 2012

RINDUKAN CINTAMU, PAPA

Ulang tahun ke-7
“Ya Allah, aku ingin mendapat kado pelukan Papa di ulang tahunku ini.”

Ulang tahun ke-12
“Ya Allah, aku tidak meminta kado apa-apa. Aku hanya ingin Papa memelukku.”

Ulang tahun ke-17
“Ya Allah, di usiaku yang beranjak remaja ini ingin sekali aku merasakan pelukan Papa.”

Ulang tahun ke-25
“Ya Allah, aku selalu mengucapkan do’a yang sama di setiap ulang tahunku. Aku ingin dipeluk oleh Papa.”

Ulang tahun ke-35
“Ya Allah, aku tidak akan pernah berhenti berdo’a dan berharap pada-Mu agar Papa memelukku.”

♥♥♥♥♥♥


Zahwa selalu memanjatkan do’a yang sama di setiap ulang tahunnya. Dia ingin sekali dipeluk oleh Papanya. Dia ingin merasakan kasih sayang dan cinta dari Papanya yang selama ini sangat sIbuk dengan pekerjaan. Sejak Zahwa dan kakaknya masih kecil Papanya jarang berada di rumah. Papanya sering ke luar kota bahkan luar negeri untuk urusan bisnis, sehingga tidak pernah punya waktu untuk keluarga. Zahwa dan Huda hanya dekat dengan Mamanya yang seorang Ibu rumah tangga. Bagi Zahwa dan Huda, Papanya seperti orang lain yang tidak akrab dengan mereka.
Zahwa sudah menikah dan memiliki dua orang anak kembar, Ghaza dan Sabia yang berumur 8 tahun. Sedangkan Huda yang lebih tua empat tahun dari Zahwa, sudah memiliki tiga anak dari istrinya yang cantik keturunan Indo-Jerman.

♥♥♥♥♥♥