24 Desember 2013

PERANAN PEREMPUAN DALAM MASYARAKAT DAN KELUARGA

Kedudukan Dalam Masyarakat
Perempuan merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai daya tarik memikat serta penuh dengan misteri bagi lawan jenisnya. Keindahan tubuh dan rohaninya merupakan bagian yang mampu menarik hati dan menggoda iman kaum laki-laki. Sehingga tidak heran jika kaum laki-laki akan rela mengorbankan apa saja agar mampu menikmati dan memiliki keindahan tubuh seorang perempuan.
Namun tidak semua perempuan hanya menjadi objek dalam kehidupan di dunia, diantara mereka terdapat perempuan-perempuan yang justru menjadi pembangkit semangat bagi kemajuan kehidupan di dunia. Perempuan adalah bagian dari masyarakat yang berhubungan sangat erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat. Dalam keadaan krisis perekonomian, perempuanlah yang paling merasakan akibat dari krisis tersebut. Akan tetapi, dalam keadaan yang kritis, seringkali perempuan lebih mempunyai inisiatif, bangkit, dan menggerakkan masyarakat sekitarnya untuk memperbaiki kondisi.
Dalam pandangan Gus Dur, peran dan posisi perjuangan perempuan adalah bersifat menyeluruh, sederhana, namun kompleks. Menyeluruh karena semua perempuan dapat memainkan peran dan posisi perjuangan masing-masing, sesuai dengan posisi dan batas kemampuannya. Apakah perempuan itu sebagai ibu, sebagai istri, tokoh, artis, pengusaha, semua bisa memainkan perannya dalam perjuangan. Dikatakan “sederhana” karena peran dan posisi perjuangan ini dimulai dari diri sendiri, rumah tangga, teman sepergaulan, setahap demi setahap sehingga mencapai lingkaran perjuangan yang lebih luas. Dan dikatakan “kompleks” karena peran dan posisi perjuangan yang semakin ini tetap harus mengadopsi wilayah bawahnya, yakni diri sendiri, rumah tangga, dan seterusnya, sehingga meskipun perempuan telah memainkan peran dan posisi tinggi dalam perjuangan, ia tetap harus melakukan peran dan posisinya pada diri sendiri, rumah tangga dan seterusnya sampai ke atas.
Pada zaman dimana Nabi Muhammad SAW masih hidup, perempuan mendapatkan kebebasan untuk ikut berperan dalam masyarakat. Siti Aisyah adalah salah satu contoh perempuan yang diakui kepandaiannya dalam masalah agama, Beliau termasuk golongan orang yang banyak meriwayatkan Hadist dari Rasulullah SAW. Kiprahnya Beliau di tengah masyarakat tidak diragukan lagi. Beliau sering kali ikut keluar Madinah untuk berbagai operasi peperangan.
Dan sepeninggal Rasulullah SAW, Siti Aisyah adalah guru dari para sahabat yang mampu memberikan penjelasan dan keterangan tentang ajaran Islam. Bahkan Beliau pun tidak mau ketinggalan utuk ikut dalam peperangan. Sehingga perang itu disebut dengan perang unta (jamal), karena saat itu Beliau naik seekor unta.
Selain itu para sahabat perempuan juga berperan dalam bidang-bidang lain seperti perdagangan, bahkan pada waktu itu banyak perempuan yang ikut maju dalam medan perang bersama laki-laki. Kita mengenal Ummu Umarah Nusaibah binti Ka'b, yang melindungi Rasulullah SAW ketika sudah terdesak dan dikepung oleh musuh pada waktu perang uhud, dan sahabiyah-sahabiyah lain yang juga ikut berjuang dan gugur dalam medan pertempuran.
Merekalah para perempuan yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi generasi setelahnya. Mereka mempunyai keperdulian dan kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan sosial dimana mereka hidup. Mereka tidak hanya membatasi peran mereka di wilayah yang sempit tetapi ikut andil di berbagai wilayah yang mampu mereka perankan. Dan pada saat yang sama mereka juga bisa menjaga diri mereka sesuai dengan nilai-nilai yang telah ditetapkan.
Pada dasarnya perempuan adalah partner bagi laki-laki dalam mengarungi hidup ini. Perannya tidak mungkin dihilangkan begitu saja. Tanpa kehadirannya akan terjadi tumpang tindih yang bisa berujung pada ketidak teraturan atau chaos dalam tatanan kehidupan ini. Oleh karena itu sejauh mana dan bagaimana kita (perempuan dan laki-laki) bisa bekerja sama sesuai dengan potensi dan kapasitas yang dimiliki oleh masing-masing adalah kunci untuk menjaga kehamonisan di dalam sebuah rumah tangga ataupun sebuah masyarakat. Atau seperti perkataan ulama, perempuan adalah imaadul bilaad (tiang negara), jika dia tidak bisa berperan secara benar maka akan rusak negara tersebut.
Di Indonesia, telah lahir seorang pejuang perempuan, yaitu R.A. Kartini (1879-1904). Saya adalah pengagum Beliau, karena di mata saya Beliau adalah pahlawan bagi kaum perempuan yang memperjuangkan hak perempuan untuk cerdas, maju, dan mandiri. Perjuangan Beliau untuk bisa sekolah dan memajukan kaum perempuan patut diacungi jempol dan mendapat penghargaan yang tinggi.
R.A. Kartini adalah pelopor dan pendahulu perjuangan untuk pendidikan perempuan dan persamaan hak perempuan. Beliau berpendapat, bahwa bila perempuan ingin maju dan mandiri maka perempuan harus mendapat pendidikan. Kartini selama ini kita kenal sebagai seorang pejuang emansipasi perempuan, terutama di bidang pendidikan. Beliau yang membangun pola pikir kemajuan dengan cara menggugah kesadaran orang-orang se-zamannya, bahwa kaum perempuan harus bersekolah. Tidak hanya di Sekolah Rendah, melainkan harus dapat meneruskan ke SEKOLAH YANG LEBIH TINGGI, sejajar dengan saudara-saudaranya yang laki-laki.
Bagi Kartini, perempuan harus terpelajar sehingga dapat bekerja sendiri, mencari nafkah sendiri, mengembangkan seluruh kemampuan dirinya, dan tidak tergantung pada siapapun, termasuk suaminya. Mengingat suasana pada waktu itu, ketika adat feodal masih sangat kental di sekeliling Kartini, maka dapat kita bayangkan betapa maju dan progresifnya pikiran Kartini tersebut. Selain itu, meskipun dalam situasi pingitan, terisolasi, dan merasa sunyi, Kartini mampu membangun satu gagasan politik yang progresif pada zaman itu, baik untuk kepentingan kaum perempuan maupun bagi para kawula miskin di tanah jajahan.
Namun sayang, selama ini ada bias gender dalam penulisan sejarah tentang perjuangan Kartini. Sebagai sosok perempuan cerdas dengan cara pandang yang sangat hebat pada saat itu, penulisan sejarah tentang Beliau lebih banyak menonjolkan sisi keperempuanan Kartini dibandingkan dengan sisi intelektualnya. Penggambaran tokoh perempuan sedemikian rupa sehingga tidak dapat dilepaskan dari konstruksi sosial yang berlaku di masyarakat, yaitu menempatkan perempuan dalam konteks keterbatasan yang dianggap telah sesuai dengan "kodratnya" sebagai seorang perempuan, Beliau bukan dianggap sebagai salah satu perintis nasionalisme etnis di Nusantara (Jawa), yang berdampak pada era pra-kemerdekaan Indonesia.
Semakin maju zaman, semakin banyak pejuang-pejuang perempuan yang dilahirkan. Saat ini ada banyak perempuan yang ikut ambil bagian dalam tata kehidupan di masyarakat. Tempat perempuan tidak lagi hanya di dalam rumah. Perempuan saat ini sudah banyak yang beraktivitas di luar rumah, seperti menjadi guru, dokter, karyawan perusahaan, pengacara, PNS, arsitek, sopir angkutan umum, buruh pabrik, artis, pejabat, bahkan pemimpin negara.
Semua itu membuktikan bahwa perempuan sesungguhnya juga memiliki tempat di dalam masyarakat untuk menjalankan roda kehidupan dunia. Pekerjaan dan profesi apapun yang dilakukan oleh perempuan, telah menunjukkan secara nyata bahwa perempuan memiliki kemampuan yang tidak kalah dari laki-laki dan itu harus diakui. Dengan adanya fakta-fakta tersebut, maka seharusnya tidak ada alasan lagi bagi siapapun untuk bersikap diskrimanasi terhadap perempuan. Sudah saatnya untuk membuka mata lebar-lebar dan melihat dengan lebih jelas bahwa perempuan juga manusia yang memiliki potensi dan peluang yang sama dengan laki-laki untuk mengaktualisasi dirinya.
Menurut saya, kaum perempuan apabila diberi kesempatan akan mampu meningkatkan kualitasnya. Mereka adalah aset dan potensi untuk membangun dan memajukan bangsa. Kita harus terus melakukan strategi kesetaraan dan keadilan gender dalam membangun bangsa dan negara. Jika perempuan dihambat untuk diberdayakan, maka dengan sendirinya juga akan menghambat upaya optimal untuk memajukan bangsa dan negara.

Kedudukan Dalam Keluarga
“Kebahagiaan perempuan tidak terletak pada kemuliaan sang suami, bukan pada kehormatan dan kelembutannya. Tapi pada cinta yang memadukan jiwanya dan jiwa lelaki yang dicintainya. Kasih sayangnya tercurah – hati menjadikan masing-masing sebagai suatu anggota badan kehidupan dan dalam satu kalimat di atas bibir Tuhan.” (Kahlil Gibran)

Allah SWT berfirman :
“Dan diantara tanda-tanda Kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Q.S. Ar-Rum:21)

Di dalam keluarga, kedudukan seorang perempuan adalah sebagai istri dan ibu. Tentu saja bukan hal yang mudah bagi seorang perempuan untuk melakoni dua perannya tersebut. Dalam waktu yang bersamaan, dia harus menjalankan dua tugasnya sekaligus untuk melayani suami dan mengurus anak. Namun itulah hebatnya seorang perempuan dalam keluarga, dia mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik di waktu yang sama dengan dua peran sekaligus.
Setiap harinya dari pagi hingga malam, dia mampu menjalankan dua tugasnya secara beriringan. Menyiapkan keperluan suami untuk bekerja dan anak untuk sekolah, memasak, mengerjakan tugas rumah, menemani anak belajar, melayani kebutuhan suami, dan mengurus segala keperluan anak. Peran lainnya yang tidak kalah penting yaitu dia harus bisa mengatur keuangan keluarga dengan bijaksana, menjadi penyeimbang kondisi di dalam keluarga agar selalu terasa nyaman, dan menjaga keharmonisan rumah tangga agar tidak terjadi perpecahan.
Sebagai seorang istri, perempuan harus bisa menjadi pendukung yang setia bagi suaminya. Karena menyemangati dan mendo’akan adalah cara terampuh dari seorang istri untuk membantu suami dalam meraih kesuksesan. Jangan pernah ada kata lelah untuk ikut berjuang bersama suami dalam mencapai tujuan. Maka jadilah istri yang baik dan selalu mendukung suami, karena istri adalah kunci rezeki di dalam keluarga.

“Istri adalah tiang do’a dan penopang kesuksesan suami.”

“Dibalik kesuksesan dari seorang laki-laki ada seorang perempuan hebat di belakangnya.”

Dan sebagai seorang ibu, perempuan harus bisa menjadi pendidik yang baik bagi anak-anaknya. Karena mengajari banyak hal dari mereka kecil hingga dewasa adalah cara seorang ibu membentuk karakter anak-anaknya agar menjadi manusia yang berkepribadian baik dan kuat. Kesabaran dan ketelatenan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya adalah tugas yang berat. Jika berhasil, maka dia bukan hanya melahirkan anak yang cerdas sebagai keturunan dalam keluarganya, tapi dia juga telah menciptakan generasi yang berkualitas tinggi untuk bangsa, negara, dan agamanya.
Selain itu, ibu merupakan perekat di dalam keluarga. Jika dia mampu bertahan dalam menghadapi segala hal, maka keluarganya akan tetap utuh. Tapi jika dia menyerah, maka keluarganya akan hancur. Tidak jarang di dalam sebuah keluarga itu terjadi perselisihan, tetapi ibu selalu memiliki cara untuk meredamnya. Seorang ibu adalah pemersatu keluarga yang paling handal. Selama dia tetap berada di dalamnya, perpecahan tidak akan pernah terjadi.

“Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata ‘Ibu’, dan panggilan paling indah adalah ‘Ibuku’. Ini adalah kata penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati.” (Kahlil Gibran)

Begitu besarnya perananan seorang perempuan sebagai istri dan ibu di dalam keluarga. Namun sayangnya, peranannya itu masih saja sering tidak dihargai. Dengan semua tugas, kewajiban, serta bebannya yang besar dan tidak sedikit, dia masih disia-siakan oleh suaminya dan dikecewakan oleh anak-anaknya. Namun itulah hebatnya, meskipun pengorbanan dan usahanya yang luar biasa untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya sering tidak dihargai, dia tidak pernah sekalipun membenci suami dan anak-anaknya. Kesabaran dan kelembutan hatinya, membuatnya selalu tegar menghadapi apapun. Cinta kasihnya juga tidak pernah berhenti dicurahkan untuk keluarga.

Dalam sebuah Hadist disebutkan:
"Salah satu ciri laki-laki yang terhormat adalah yang bersikap lembut terhadap istrinya." (HR. Ahmad bin Hambal)

Seorang ibu selalu memliki sentuhan yang luar biasa bagi keluarganya. Dia mampu merubah segalanya dari dingin menjadi hangat, tidak karuan menjadi teratur, membosankan menjadi menyenangkan, hampa menjadi penuh warna, dan pahit menjadi manis.
Seperti itulah hebatnya peranan seorang perempuan di dalam keluarga. Dalam satu waktu, dia berperan sebagai istri dan juga ibu. Beban yang dipikulnya berat dan tanggung jawabnya pun besar. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima kasih kepada ibu. Kita harus selalu menghormati, berbakti dan bersikap santun kepadanya. Kunci pembuka pintu jalan kita untuk menuju ke surge ada pada ibu, karena surga berada di bawah telapak kaki ibu. Ibu adalah orang tua pertama yang wajib kita hormati baru kemudian ayah.

Allah SWT berfirman:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali.” (Q.S. Luqman:14)

Begitu pula dalam firman Allah SWT:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung dan menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (Q.S. Al-Ahqaf:15)

Dalam sebuah Hadist diterangkan bahwa:
“Syurga berada di bawah telapak kaki ibu.” (HR. Ahmad bin Hambal, An-Nasa'i)

Dalam sebuah Hadist lain juga riwayatkan pernah ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya:
“Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagiku untuk berlaku baik kepadanya?”, Nabi menjawab: “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi: “Kemudian setelah dia siapa?”, Nabi menjawab: “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi: “Kemudian setelah dia siapa?”,  Nabi menjawab: “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi: “Kemudian setelah dia siapa?”, Nabi menjawab: “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Seorang ibu didahulukan dalam haknya sebanyak tiga kali dibandingkan dengan ayah. Ini dikarenakan besarnya pengorbanan seorang ibu yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, menjaga dan mendidik anak-anaknya tanpa pamrih dan meminta balasan. Jadi sudah sewajarnya jika seorang ibu lebih dahulu diberi penghormatan oleh anaknya baru kemudian kepada ayah. Dengan begitu apakah kemudian berarti bahwa seorang ayah boleh dikesampingkan? Tentu saja tidak boleh. Seorang ayah yang berkedudukan sebagai imam dan kepala keluarga, tetap wajib dihormati oleh anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar