Bagi perempuan yang sudah menikah, pilihan menjadi ibu rumah tangga atau
wanita karier sering menjadi dilemma. Banyak
perempuan yang akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja setelah menikah.
Alasan mereka macam-macam, ada yang dilarang suami, ingin fokus mengurus
keluarga, tidak bisa membagi waktu dengan baik, dsb.
Tapi yang paling sering saya
temui adalah mereka dilarang oleh suaminya untuk bekerja karena khawatir tidak
bisa mengurusi keluarga. Karena penasaran, saya mencoba bertanya kepada
beberapa teman dan saudara saya. Apakah seorang istri sebaiknya diizinkan untuk
bekerja atau tidak? Apa alasannya?
Sebagian dari mereka mengizinkan
untuk tetap bekerja, selama istri mampu membagi waktu dengan baik dan tetap
mengutamakan keluarga. Alasan mereka mengizinkan ada 2: yang pertama, membantu
suami untuk mencukupi kebutuhan keluarga; yang kedua, agar istri punya kesibukan
dan bisa mengapresiakan dirinya. Untuk alasan yang kedua, mereka rata-rata
tidak ingin melihat istrinya hanya di rumah. Mereka ingin istrinya bisa
berkarya dan waktunya bermanfaat. Bagi mereka, istri yang bekerja akan lebih
bisa mengimbangi suami dalam segala hal. Karena ruang gerak dan wawasannya
lebih luas.
Sedangkan bagi sebagian lagi,
mereka tidak mengizinkan istri untuk bekerja. Alasan mereka juga ada 2: yang
pertama, agar istri bisa sepenuhnya mengurus suami, anak, dan rumah. Mereka
tidak mau istri membagi waktunya untuk kesibukan lain di luar; yang kedua,
mereka khawatir jika nantinya istri punya karier yang lebih bagus dari mereka. Karena
itu mereka merasa lebih nyaman jika istri berada di rumah saja. Dengan begitu
mereka merasa memiliki power sebagai
suami dan tugas untuk mencari nafkah, sepenuhnya ada di pundaknya.
Itulah pandangan dan pendapat
dari laki-laki. Ada yang mengizinkan istri untuk bekerja dan ada yang tidak.
Mereka memiliki alasannya masing-masing. Tapi bagaimana dengan pendapat dan
pilihan dari perempuan sendiri. Saat mereka sudah menikah, apa yang mereka
pilih? Menjadi ibu rumah tangga atau wanita karier?
Pernikahan adalah penyempurnaan
ibadah dari dua insan manusia, perempuan dan laki-laki. Tujuan dari pernikahan
adalah untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawwadah, wa rahmah. Dengan
menikah, maka manusia sudah menyempurnakan separuh agama (Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang hamba menikah maka sungguh
orang itu telah menyempurnakan setengah agama maka hendaklah dia bertaqwa
kepada Allah SWT dalam setengah yang lainnya.”). Dalam pernikahan, suami
dan istri memiliki tugas dan kewajibannya masing-masing. Suami sebagai imam dan
kepala keluarga wajib bekerja untuk menafkahi, melindungi, dan mengayomi. Istri
sebagai penyeimbang keluarga wajib untuk mengurus suami, anak, dan rumah
tangga.
Tapi apakah kemudian istri tidak boleh untuk bekerja?
Menikah bukan halangan bagi seorang perempuan untuk bekerja. Contohnya Siti
Khadijah, Beliau tetap berdagang dan menjalankan bisnisnya setelah menikah
dengan Rasulullah SAW hingga Beliau meninggal. Rasulullah SAW tidak pernah
melarang untuk istrinya bekerja.
Jadi sah-sah saja bagi perempuan
untuk tetap bekerja setelah menikah. Tapi dengan syarat harus bisa membagi
waktunya dengan baik dan tetap mengutamakan keluarga. Karier harus tetap nomor
dua. Karena setelah menikah, tanggung jawab seorang perempuan bukan lagi dirinya
sendiri, tapi sudah bertambah yaitu keluarga yang harus diurusnya dengan sebaik
mungkin.
Hidup ini adalah misteri. Masa depan setiap
manusia adalah rahasia Tuhan. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi
nanti. Musibah, masalah, serta kematian adalah bagian dari rencana Tuhan yang
tidak diketahui oleh manusia. Dalam kehidupan rumah tangga, kita tidak pernah tau akan seperti apa
nantinya. Jika terjadi perceraian, suami di PHK, suami kecelakaan dan luka
berat, atau suami meninggal. Siapa yang akan menafkahi keluarga? Siapa yang
akan menghidupi anak-anak? Tentu saja istri. Tapi bagaimana jika istri tidak
bekerja? Mengandalkan tabungan suami. Bagaimana jika tabungan suami sedikit dan
tidak punya harta seperti emas, tanah, dan lainnya? Apakah berharap bantuan
dari orang tua dan belas kasihan orang lain? Itu adalah jalan keluar yang tidak
benar. Satu-satunya jalan terbaik adalah istri bekerja. Dengan begitu,
kehidupan rumah tangga akan tetap berjalan dan kebutuhan akan tercukupi
meskipun penghasilan yang didapat hanya berasal dari satu sumber.
Tapi faktanya di zaman yang sudah
maju ini, masih ada banyak perempuan yang pada akhirnya tidak bekerja setelah
menikah. Alasannya macam-macam seperti yang sudah saya sebutkan di atas. Banyak
dari perempuan yang tidak mau mencotoh Siti Khadijah, seorang istri yang tetap
bekerja setelah menikah. Dan banyak juga dari laki-laki yang enggan meneladani
Rasulullah SAW, seorang suami yang mengizinkan istrinya untuk tetap bekerja
setelah menikah.
Sebenarnya menjadi ibu rumah
tangga atau wanita karier memang selalu menjadi pilihan. Karena ada banyak hal
yang harus dipertimbangkan. Seorang perempuan tidak bisa lagi bersikap egois
seperti saat belum menikah, mau melakukan apapun hanya diri sendiri yang
dipikirkan. Setelah menikah sudah pasti ada suami yang harus diminta pendapat
dan izinnya sebelum melakukan apapun.
Bagi seorang istri yang ingin tetap
bekerja setelah menikah, ada beberapa hal yang wajib untuk dilakukan. Pertama,
ia harus meminta izin dan ridha dari suami, karena suami adalah imam dan
walinya. Ingatlah bahwa ridhanya seorang suami adalah ridha Allah SWT. Kedua,
pekerjaan yang dijalani harus bermanfaat dan tidak banyak mudharatnya. Ketiga,
membagi waktu dengan baik dan harus tetap memprioritaskan keluarga. Jika ketiga
hal ini bisa dijalani dengan baik, Insya Allah seorang istri bisa menjalani dua
tugasnya, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita karier dengan baik.
Untuk mendapatkan izin dari suami, istri yang
ingin tetap bekerja harus pandai memberikan penjelasan dan pengertian. Karena
penjelasan dan pengertian yang masuk akal dan bertujuan baik akan lebih mudah
diterima oleh suami. Tetapi istri juga harus komit dengan penjelasan dan
tujuannya untuk tetap bekerja. Jangan sampai itu dijadikan sebagai alat untuk
memperdaya suami demi mendapatkan izin.
Konsekuensi
bagi seorang istri yang menjadi wanita karier sudah
pasti waktunya tidak banyak untuk mengurus
rumah tangga karena sebagian waktunya dipakai untuk
bekerja. Otomatis waktu yang dimiliki untuk mengurus keluarga hanya sebelum berangkat kerja dan
setelah pulang kerja. Lalu bagaimana ia bisa
mengurus
rumah tangganya agar tidak
terbengkalai? Ia
bisa mempekerjakan pembantu, tukang kebun, sopir, dan satpam untuk membantunya
mengurus pekerjaan rumah selama ia bekerja.
Pagi-pagi sebelum berangkat kerja ia menyiapkan
sarapan dan segala kebutuhan suami juga anak, seperti membuatkan
bekal untuk anak agar tidak jajan sembarangan di sekolah serta menyiapkan baju kerja suami dan seragam sekolah anak. Menyempatkan diri untuk sarapan bersama itu sangat
penting, karena itu adalah salah satu waktu untuk bisa berkumpul sebelum
beraktivitas masing-masing dan mampu menjadikan semangat untuk keluarga. Siang
hari ia menyempatkan diri menelepon ke rumah untuk mengecek apakah anaknya sudah pulang dari sekolah, anaknya
sudah makan atau belum, dan mengontrol pekerjaan
rumah yang dikerjakan oleh para pekerjanya. Jangan lupa untuk menelpon
suami juga sekedar mengingatkan makan
siang, perhatian-perhatian kecil itu sangat penting untuk
menjaga kemesraan suami istri. Pulang dari kerja, ia memasak untuk makan malam, menemani
anak belajar, menyambut dan menyiapkan minuman untuk suami saat pulang kerja,
makan malam bersama keluarga, menemani anak tidur sambil membacakan dongeng,
dan meluangkan waktu untuk suami sebelum tidur. Menjaga komunikasi dan
kedekatan hubungan dengan suami serta anak itu sangat penting, karena itu
adalah kunci keharmonisan. Saat akhir pekan manfaatkan waktu untuk bersama
keluarga, entah berkumpul di rumah atau pergi ke luar bersama-sama. Jika berada
di rumah, ia bisa menyempatkan
diri untuk ikut mengerjakan tugas rumah yang tidak bisa
dilakukannya di hari-hari kerja seperti membersihkan rumah, berkebun, memasak
untuk makan siang, dan membuat
roti atau kue. Dengan begitu kebahagiaan dalam
keluarga akan tetap terjaga dengan baik karena selalu tercipta kebersamaan dan
kehangatan di dalamnya.
Saya ingat, dulu saat masih SMU pernah membaca sebuah
majalah wanita. Di situ saya membaca halaman
yang menulis tentang Ibu Dewi Motik. Saya terkesan sekali dengan kata-kata Beliau
yang menyebutkan bahwa, “Perempuan sukses itu adalah perempuan yang berhasil dalam rumah tangganya dan
berhasil dalam kariernya”. Kata-kata
itu sangat membekas di
hati saya. Ternyata kesuksesan bagi seorang perempuan itu bukan hanya salah
satu, rumah tangga atau karier, tapi keduanya. Karena untuk menjalankan
keduanya secara seimbang memang tidak mudah, butuh usaha keras untuk bisa
menjaganya agar tetap berjalan beriringan. Butuh kepandaian dan pengorbanan untuk
bisa menjalani keduanya. Oleh karena itulah, dibalik kesuksesan seorang
perempuan adalah dirinya sendiri. Dari usaha dan perjuangannya sendiri dalam
mengatur waktu dan bagaimana cara dia menjalaninya dengan sebaik mungkin.
Assalamualaikm Mba Annisa . Tulisan nya sangat mengispirasi . Great !
BalasHapus