4 Februari 2014

WANITA KARIER VS IBU RUMAH TANGGA

Bagi perempuan yang sudah menikah, pilihan menjadi ibu rumah tangga atau wanita karier sering menjadi dilemma. Banyak perempuan yang akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja setelah menikah. Alasan mereka macam-macam, ada yang dilarang suami, ingin fokus mengurus keluarga, tidak bisa membagi waktu dengan baik, dsb.
Tapi yang paling sering saya temui adalah mereka dilarang oleh suaminya untuk bekerja karena khawatir tidak bisa mengurusi keluarga. Karena penasaran, saya mencoba bertanya kepada beberapa teman dan saudara saya. Apakah seorang istri sebaiknya diizinkan untuk bekerja atau tidak? Apa alasannya?
Sebagian dari mereka mengizinkan untuk tetap bekerja, selama istri mampu membagi waktu dengan baik dan tetap mengutamakan keluarga. Alasan mereka mengizinkan ada 2: yang pertama, membantu suami untuk mencukupi kebutuhan keluarga; yang kedua, agar istri punya kesibukan dan bisa mengapresiakan dirinya. Untuk alasan yang kedua, mereka rata-rata tidak ingin melihat istrinya hanya di rumah. Mereka ingin istrinya bisa berkarya dan waktunya bermanfaat. Bagi mereka, istri yang bekerja akan lebih bisa mengimbangi suami dalam segala hal. Karena ruang gerak dan wawasannya lebih luas.
Sedangkan bagi sebagian lagi, mereka tidak mengizinkan istri untuk bekerja. Alasan mereka juga ada 2: yang pertama, agar istri bisa sepenuhnya mengurus suami, anak, dan rumah. Mereka tidak mau istri membagi waktunya untuk kesibukan lain di luar; yang kedua, mereka khawatir jika nantinya istri punya karier yang lebih bagus dari mereka. Karena itu mereka merasa lebih nyaman jika istri berada di rumah saja. Dengan begitu mereka merasa memiliki power sebagai suami dan tugas untuk mencari nafkah, sepenuhnya ada di pundaknya.
Itulah pandangan dan pendapat dari laki-laki. Ada yang mengizinkan istri untuk bekerja dan ada yang tidak. Mereka memiliki alasannya masing-masing. Tapi bagaimana dengan pendapat dan pilihan dari perempuan sendiri. Saat mereka sudah menikah, apa yang mereka pilih? Menjadi ibu rumah tangga atau wanita karier?
Pernikahan adalah penyempurnaan ibadah dari dua insan manusia, perempuan dan laki-laki. Tujuan dari pernikahan adalah untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawwadah, wa rahmah. Dengan menikah, maka manusia sudah menyempurnakan separuh agama (Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang hamba menikah maka sungguh orang itu telah menyempurnakan setengah agama maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah SWT dalam setengah yang lainnya.”). Dalam pernikahan, suami dan istri memiliki tugas dan kewajibannya masing-masing. Suami sebagai imam dan kepala keluarga wajib bekerja untuk menafkahi, melindungi, dan mengayomi. Istri sebagai penyeimbang keluarga wajib untuk mengurus suami, anak, dan rumah tangga.

Tapi apakah kemudian istri tidak boleh untuk bekerja? Menikah bukan halangan bagi seorang perempuan untuk bekerja. Contohnya Siti Khadijah, Beliau tetap berdagang dan menjalankan bisnisnya setelah menikah dengan Rasulullah SAW hingga Beliau meninggal. Rasulullah SAW tidak pernah melarang untuk istrinya bekerja.

Jadi sah-sah saja bagi perempuan untuk tetap bekerja setelah menikah. Tapi dengan syarat harus bisa membagi waktunya dengan baik dan tetap mengutamakan keluarga. Karier harus tetap nomor dua. Karena setelah menikah, tanggung jawab seorang perempuan bukan lagi dirinya sendiri, tapi sudah bertambah yaitu keluarga yang harus diurusnya dengan sebaik mungkin.
Hidup ini adalah misteri. Masa depan setiap manusia adalah rahasia Tuhan. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti. Musibah, masalah, serta kematian adalah bagian dari rencana Tuhan yang tidak diketahui oleh manusia. Dalam kehidupan rumah tangga, kita tidak pernah tau akan seperti apa nantinya. Jika terjadi perceraian, suami di PHK, suami kecelakaan dan luka berat, atau suami meninggal. Siapa yang akan menafkahi keluarga? Siapa yang akan menghidupi anak-anak? Tentu saja istri. Tapi bagaimana jika istri tidak bekerja? Mengandalkan tabungan suami. Bagaimana jika tabungan suami sedikit dan tidak punya harta seperti emas, tanah, dan lainnya? Apakah berharap bantuan dari orang tua dan belas kasihan orang lain? Itu adalah jalan keluar yang tidak benar. Satu-satunya jalan terbaik adalah istri bekerja. Dengan begitu, kehidupan rumah tangga akan tetap berjalan dan kebutuhan akan tercukupi meskipun penghasilan yang didapat hanya berasal dari satu sumber.
Tapi faktanya di zaman yang sudah maju ini, masih ada banyak perempuan yang pada akhirnya tidak bekerja setelah menikah. Alasannya macam-macam seperti yang sudah saya sebutkan di atas. Banyak dari perempuan yang tidak mau mencotoh Siti Khadijah, seorang istri yang tetap bekerja setelah menikah. Dan banyak juga dari laki-laki yang enggan meneladani Rasulullah SAW, seorang suami yang mengizinkan istrinya untuk tetap bekerja setelah menikah.
Sebenarnya menjadi ibu rumah tangga atau wanita karier memang selalu menjadi pilihan. Karena ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Seorang perempuan tidak bisa lagi bersikap egois seperti saat belum menikah, mau melakukan apapun hanya diri sendiri yang dipikirkan. Setelah menikah sudah pasti ada suami yang harus diminta pendapat dan izinnya sebelum melakukan apapun.
Bagi seorang istri yang ingin tetap bekerja setelah menikah, ada beberapa hal yang wajib untuk dilakukan. Pertama, ia harus meminta izin dan ridha dari suami, karena suami adalah imam dan walinya. Ingatlah bahwa ridhanya seorang suami adalah ridha Allah SWT. Kedua, pekerjaan yang dijalani harus bermanfaat dan tidak banyak mudharatnya. Ketiga, membagi waktu dengan baik dan harus tetap memprioritaskan keluarga. Jika ketiga hal ini bisa dijalani dengan baik, Insya Allah seorang istri bisa menjalani dua tugasnya, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita karier dengan baik.
Untuk mendapatkan izin dari suami, istri yang ingin tetap bekerja harus pandai memberikan penjelasan dan pengertian. Karena penjelasan dan pengertian yang masuk akal dan bertujuan baik akan lebih mudah diterima oleh suami. Tetapi istri juga harus komit dengan penjelasan dan tujuannya untuk tetap bekerja. Jangan sampai itu dijadikan sebagai alat untuk memperdaya suami demi mendapatkan izin.
Konsekuensi bagi seorang istri yang menjadi wanita karier sudah pasti waktunya tidak banyak untuk mengurus rumah tangga karena sebagian waktunya dipakai untuk bekerja. Otomatis waktu yang dimiliki untuk mengurus keluarga hanya sebelum berangkat kerja dan setelah pulang kerja. Lalu bagaimana ia bisa mengurus rumah tangganya agar tidak terbengkalai? Ia bisa mempekerjakan pembantu, tukang kebun, sopir, dan satpam untuk membantunya mengurus pekerjaan rumah selama ia bekerja.
Pagi-pagi sebelum berangkat kerja ia menyiapkan sarapan dan segala kebutuhan suami juga anak, seperti membuatkan bekal untuk anak agar tidak jajan sembarangan di sekolah serta menyiapkan baju kerja suami dan seragam sekolah anak. Menyempatkan diri untuk sarapan bersama itu sangat penting, karena itu adalah salah satu waktu untuk bisa berkumpul sebelum beraktivitas masing-masing dan mampu menjadikan semangat untuk keluarga. Siang hari ia menyempatkan diri menelepon ke rumah untuk mengecek apakah anaknya sudah pulang dari sekolah, anaknya sudah makan atau belum, dan mengontrol pekerjaan rumah yang dikerjakan oleh para pekerjanya. Jangan lupa untuk menelpon suami juga sekedar mengingatkan makan siang, perhatian-perhatian kecil itu sangat penting untuk menjaga kemesraan suami istri. Pulang dari kerja, ia memasak untuk makan malam, menemani anak belajar, menyambut dan menyiapkan minuman untuk suami saat pulang kerja, makan malam bersama keluarga, menemani anak tidur sambil membacakan dongeng, dan meluangkan waktu untuk suami sebelum tidur. Menjaga komunikasi dan kedekatan hubungan dengan suami serta anak itu sangat penting, karena itu adalah kunci keharmonisan. Saat akhir pekan manfaatkan waktu untuk bersama keluarga, entah berkumpul di rumah atau pergi ke luar bersama-sama. Jika berada di rumah, ia bisa menyempatkan diri untuk ikut mengerjakan tugas rumah yang tidak bisa dilakukannya di hari-hari kerja seperti membersihkan rumah, berkebun, memasak untuk makan siang, dan membuat roti atau kue. Dengan begitu kebahagiaan dalam keluarga akan tetap terjaga dengan baik karena selalu tercipta kebersamaan dan kehangatan di dalamnya.
Saya ingat, dulu saat masih SMU pernah membaca sebuah majalah wanita. Di situ saya membaca halaman yang menulis tentang Ibu Dewi Motik. Saya terkesan sekali dengan kata-kata Beliau yang menyebutkan bahwa, “Perempuan sukses itu adalah perempuan yang berhasil dalam rumah tangganya dan berhasil dalam kariernya”. Kata-kata itu sangat membekas di hati saya. Ternyata kesuksesan bagi seorang perempuan itu bukan hanya salah satu, rumah tangga atau karier, tapi keduanya. Karena untuk menjalankan keduanya secara seimbang memang tidak mudah, butuh usaha keras untuk bisa menjaganya agar tetap berjalan beriringan. Butuh kepandaian dan pengorbanan untuk bisa menjalani keduanya. Oleh karena itulah, dibalik kesuksesan seorang perempuan adalah dirinya sendiri. Dari usaha dan perjuangannya sendiri dalam mengatur waktu dan bagaimana cara dia menjalaninya dengan sebaik mungkin.

1 komentar:

  1. Assalamualaikm Mba Annisa . Tulisan nya sangat mengispirasi . Great !

    BalasHapus