22 November 2014

10 WANITA HEBAT INSPIRASI KAUM HAWA

Ada banyak sekali perempuan yang telah menjadi istri dan ibu, namun tidak serta merta hanya berkecimpung dalam urusan rumah tangga saja. Mereka masih mampu menunjukkan eksistensinya. Tak hanya di dalam keluarga, para perempuan luar biasa ini juga mampu memberikan sebuah perubahan bagi dunia. Siapa saja mereka?

1.      SITI KHADIJAH
Siti Khadijah adalah putri Khuwailid bin As’ad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab al-Qurasyiyah al-Asadiyah. Siti Khadijah dilahirkan di rumah yang mulia dan terhormat, pada tahun 68 sebelum hijrah. Siti Khadijah tumbuh dalam lingkungan yang keluarga yang mulia, sehingga akhirnya setelah dewasa ia menjadi wanita yang cerdas, teguh, dan berperangai luhur. Karena itulah banyak laki-laki dari kaumnya yang menaruh simpati padanya. Syaikh Muhammad Husain Salamah menjelaskan bahwa Siti Khadijah, nasab dari jalur ayahnya bertemu dengan nasab Rasulullah pada kakeknya yang bernama Qushay. Dia menempati urutan kakek keempat bagi dirinya.
Pada tahun 575 Masehi, Siti Khadijah ditinggalkan ibunya. Sepuluh tahun kemudian ayahnya, Khuwailid, menyusul. Sepeninggal kedua orang tuanya, Siti Khadijah dan saudara-saudaranya mewarisi kekayaannya. Kekayaan warisan menyimpan bahaya. Ia bisa menjadikan seseorang lebih senang tinggal di rumah dan hidup berfoya-foya. Bahaya ini sangat disadari Siti Khadijah. Ia pun memutuskan untuk tidak menjadikan dirinya pengangguran. Kecerdasan dan kekuatan sikap yang dimiliki Siti Khadijah mampu mengatasi godaan harta. Karenanya Siti Khadijah mengambil alih bisnis keluarga.
Pada mulanya, Siti Khadijah menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi. Pernikahan itu membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun. Tak lama kemudian suamianya meninggal dunia, dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. Lalu Siti Khadijah menikah lagi untuk yang kedua dengan Atiq bin ‘A’id bin Abdullah Al-Makhzumi. Setelah pernikahan itu berjalan beberapa waktu, akhirnya suami keduanya pun meninggal dunia, yang juga meninggalkan harta dan perniagaan.
Dengan demikian, saat itu Siti Khadijah menjadi wanita terkaya di kalangan bangsa Quraisy. Karenanya, banyak pemuka dan bangsawan bangsa Quraisy yang melamarnya, mereka ingin menjadikan dirinya sebagai istri. Namun, Siti Khadijah menolak lamaran mereka dengan alasan bahwa perhatian Siti Khadijah saat itu sedang tertuju hanya untuk mendidik anak-anaknya. Juga dimungkinkan karena, Khadijah merupakan saudagar kaya raya dan disegani sehingga ia sangat sibuk mengurus perniagaan.
Siti Khadijah mempunyai saudara sepupu yang bernama Waraqah bin Naufal. Beliau termasuk salah satu dari hanif  di Mekkah. Ia adalah sanak keluarga Khadijah yang tertua. Ia mengutuk bangsa Arab yang menyembah patung dan melakukan penyimpangan dari kepercayaan nenek moyang mereka (Nabi Ibrahim dan Ismail).
Para sejawatnya mengakui keberhasilan Siti Khadijah, ketika itu mereka memanggilnya “Ratu Quraisy” dan “Ratu Mekkah”. Ia juga disebut sebagai at-Thahirah, yaitu “yang bersih dan suci”. Nama At-Thahirah itu diberikan oleh sesama bangsa Arab yang juga terkenal dengan kesombongan, keangkuhan, dan kebanggaannya sebagai laki-laki. Karenanya perilaku Siti Khadijah benar-benar patut diteladani hingga ia menjadi terkenal di kalangan mereka.
Pertama kali dalam sejarah bangsa Arab, seorang wanita diberi panggilan Ratu Mekkah dan juga dijuluki At-Thahirah. Orang-orang memanggil Siti Khadijah dengan Ratu Mekkah karena kekayaannya dan menyebut Siti Khadijah dengan At-Thahirah karena reputasinya yang tanpa cacat.
Kepandaian dan kejelian dalam berdagang, kemudian Beliau menawarkan Muhammad (ketika itu belum diangkat menjadi seorang nabi) untuk menjual barang dagangannya. Kejujuran dan sikap profesional yang dimiliki Muhammad dalam berdagang, membuat kekayaan Siti Khadijah semakin berlimpah. Suatu ketika, Muhammad berkerja mengelola barang dagangan milik Siti Khadijah untuk dijual ke Syam bersama Maisyarah. Setibanya dari berdagang Maysarah menceritakan mengenai perjalanannya, mengenai keuntungan-keuntungannya, dan juga mengenai watak dan kepribadian Muhammad. Setelah mendengar dan melihat perangai manis, pekerti yang luhur, kejujuran, dan kemampuan yang dimiliki Muhammad, kian hari Siti Khadijah semakin mengagumi sosok Muhammad. Selain kekaguman, muncul juga perasaan-perasaan cinta Siti Khadijah kepada Muhammad.

Tibalah hari suci itu. Maka dengan mas kawin 20 ekor unta muda, Muhammad menikah dengan Siti Khadijah pada tahun 595 Masehi. Pernikahan itu berlangsung diwakili oleh paman Siti Khadijah, ‘Amr bin Asad. Sedangkan dari pihak keluarga Muhammad diwakili oleh Abu Thalib dan Hamzah. Ketika Menikah, Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Siti Khadijah berusia 40 tahun. Bagi keduanya, perbedaan usia yang terpaut cukup jauh dan harta kekayaan yang tidak sepadan di antara mereka, tidaklah menjadi masalah, karena mereka menikah dilandasi oleh cinta yang tulus, serta pengabdian kepada Allah SWT. Dan, melalui pernikahan itu pula Allah SWT telah memberikan keberkahan dan kemuliaan kepada mereka.
Dari pernikahan itu, Allah SWT menganugerahi mereka dengan beberapa orang anak, maka dari rahim Siti Khadijah lahirlah enam orang anak keturunan Muhammad. Anak-anak itu terdiri dari dua orang laki-laki dan empat orang perempuan. Anak laki-laki mereka, Al-Qasim dan Abdullah At-Tahir At-Tayyib meninggal saat bayi. Kemudian empat anak perempuannya adalah Zainab, Ruqayyah, Ummi Kulsum, dan Fatimah Az-Zahra. Siti Khadijah mengasuh dan membimbing anak-anaknya dengan bijaksana, lembut, dan penuh kasih sayang, sehingga mereka pun setia dan hormat sekali kepada ibunya.
Setelah berakhirnya pemboikotan kaum Quraisy terhadap kaum muslim, Siti Khadijah sakit keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan. Semakin hari kondisi kesehatan badannya semakin memburuk. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia 60 tahun, wafatlah seorang mujahidah suci yang sabar dan teguh imannya, Sayyidah Siti Khadijah al-Kubra binti Khuwailid.
Siti Khadijah wafat dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketika itu, usia Rasulullah SAW sekitar 50 tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal dengan sebutan Al-Hajun.
Karena itu, peristiwa wafatnya Siti Khadijah sangat menusuk jiwa Rasulullah SAW. Alangkah sedih dan pedihnya perasaan Rasulullah SAW ketika itu. Karena dua orang yang dicintainya (Khadijah dan Abu Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah SAW.
Siti Khadijah yang memiliki wajah cantik diriwayatkan sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Tidaklah Allah mengganti untukku (istri) yang lebih baik darinya (Khadijah). Dia beriman kepadaku saat orang-orang kufur. Dia mempercayaiku saat orang-orang mendustaiku. Dia memberikan hartanya kepadaku saat orang-orang mengharamkan harta untukku. Dan dia memberikan aku anak saat Allah tidak memberikan anak dari istri-istriku yang lain”.
Khadijah yang besar di lingkungan keluarga mulia adalah sosok wanita pilihan yang Allah amanahkan untuk mendampingi Muhammad dalam menjalani tugasnya sebagai Rasul Allah SWT.
Salah satu hikmah dan intisari yang dapat dipetik dari kisah hidup Siti Khadijah adalah keuletannya, kesungguhannya, kecerdasan, dan ketelitiannya dalam menjalankan usaha perdagangan. Tetapi semua usahanya tidaklah menjadikan dirinya semata-mata untuk kesenangan yang bersifat keduniawian semata. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, Siti Khadijah dengan rela memberikan hartanya untuk kepentingan dakwah Rasulullah SAW. Dan hal itu Beliau lakukan sampai ajal menjemputnya.
Dengan demikian, atas apa yang dilakukan oleh Siti Khadijah sangatlah berkaitan erat dengan makna zakat. Zakat hanya diwajibkan bagi mereka yang memiliki kelebihan harta yang telah memenuhi syarat dan perhitungan yang telah ditetapkan. Artinya, jika seseorang ingin berzakat, maka orang itu harus berusaha. Dan dari apa yang Allah berikan atas hasil usahanya itulah yang wajib dikeluarkan sebagian hartanya untuk zakat. Dan bagi seorang istri yang tidak bekerja, maka dia dapat berzakat apabila dia mendapatkan nafkah yang khusus diberikan oleh suaminya.
Maka sebagai makhluk Allah SWT yang memiliki hawa nafsu dan otak, bekerja merupakan ibadah yang sangat memiliki nilai pahala di sisi Allah SWT. Islam tidak menghalangi kaum wanita untuk produktif dalam mencari karunia Allah SWT di dunia ini dengan bekerja, bahkan Islam menganjurkan agar kaum wanita tidak kalah produktifnya dengan kaum pria.
Allah SWT pun memberikan pilihan bagi kaum wanita dalam menentukan pilihannya dalam bekerja apakah dia mau memilih sebagai pekerja, wanita karier, pengusaha, atau sebagai ibu rumah tangga. Semua itu sama baiknya, selama mampu menjaga kehormatannya, harga dirinya, dan taat pada aturan yang Allah SWT tetapkan. Apapun pilihannya, Insya Allah akan bernilai pahala.
Dalam kisah Siti Khadijah, Allah SWT telah mengabadikan teladan bagi kaum wanita. Siti Khadijah adalah wanita yang cerdas, ibu rumah tangga yang amanah, pendidik bagi anak-anaknya, dan pengusaha yang sukses, Istri seorang Nabi dan Rasul, dan pejuang di jalan Allah SWT.
Dan tidaklah mungkin Allah mengutus Siti Khadijah sebagai tauladan nasuha jika tidak layak untuk diteladani, karena pada dasarnya kaum wanita adalah kaum yang mampu melakukan semua itu.

2.      SITI AISYAH
Siti Aisyah memiliki gelar Ash-Shiddiqah, sering dipanggil dengan Ummu Mukminin, dan nama keluarganya adalah Ummu Abdullah. Kadang-kadang ia juga dijuluki Humaira’. Namun Rasulullah SAW sering memanggilnya Binti Ash-Shiddiq. Ayah Aisyah bernama Abdullah, dijuluki dengan Abu Bakar. Ia terkenal dengan gelar Ash-Shiddiq. Ibunya bernama Ummu Ruman. Ia berasal dari suku Quraisy kabilah Taimi di pihak ayahnya dan dari kabilah Kinanah di pihak ibu.
Sementara itu, garis keturunan Siti Aisyah dari pihak ayahnya adalah Aisyah binti Abi Bakar ash-Shiddiq bin Abi Quhafah Utsman bin Amir bin Umar bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Fahr bin Malik. Sedangkan dari pihak ibu adalah Aisyah binti Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Abd Syams bin Itab bin Adzinah bin Sabi’ bin Wahban bin Harits bin Ghanam bin Malik bin Kinanah.
Siti Aisyah lahir pada bulan Syawal tahun ke-9 sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 614 Masehi, yaitu akhir tahun ke-5 kenabian. Kala itu tidak ada satu keluarga muslim pun yang menyamai keluarga Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam hal jihad dan pengorbanannya demi penyebaran agama Islam. Rumah Abu Bakar saat itu menjadi tempat yang penuh berkah, tempat makna tertinggi kemuliaan, kebahagiaan, kehormatan, dan kesucian, dimana cahaya mentari Islam pertama terpancar dengan terang.
Dari perkembangan fisik, Siti Aisyah termasuk perempuan yang sangat cepat tumbuh dan berkembang. Ketika menginjak usia sembilan atau sepuluh tahun, ia menjadi gemuk dan penampilannya kelihatan bagus, padahal saat masih kecil, ia sangat kurus. Dan ketika dewasa, tubuhnya semakin besar dan penuh berisi. Siti Aisyah adalah wanita berkulit putih dan berparas elok dan cantik. Oleh karena itu, ia dikenal dengan julukan Humaira’ (yang pipinya kemerah-merahan). Ia juga perempuan yang manis, tubuhnya langsing, matanya besar, rambutnya keriting, dan wajahnya cerah.
Tanda-tanda ketinggian derajat dan kebahagiaan telah tampak sejak Siti Aisyah masih kecil pada perilaku dan gerak-geriknya. Namun seorang anak kecil tetaplah anak kecil, dia tetap suka bermain-main. Walau masih kecil, Siti Aisyah tidak lupa tetap menjaga etika dan adab sopan santun ajaran Rasulullah SAW di setiap kesempatan.
Pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti Aisyah merupakan perintah langsung dari Allah SWT setelah wafatnya Siti Khadijah. Setelah dua tahun wafatnya Siti Khadijah, turunlah wahyu kepada kepada Rasulullah SAW untuk menikahi Siti Aisyah. Kemudian Rasulullah SAW segera mendatangi Abu Bakar dan istrinya, mendengar kabar itu mereka sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah SAW setuju menikahi putri mereka. Maka dengan segera disuruhlah Siti Aisyah menemui Beliau.
Pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti Aisyah terjadi di Mekkah sebelum hjirah pada bulan Syawal tahun ke-10 kenabian. Ketika dinikahi Rasulullah SAW, Siti Aisyah masih sangat belia. Diantara istri-istri yang Beliau nikahi, hanya Siti Aisyah yang masih dalam keadaan perawan. Siti Aisyah menikah pada usia 6 tahun. Tujuan inti dari pernikahan dini ini adalah untuk memperkuat hubungan dan mempererat ikatan kekhalifahan dan kenabian. Pada waktu itu, cuaca panas yang biasa dialami bangsa Arab di negerinya menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak perempuan menjadi pesat di satu sisi. Di sisi lain, pada sosok pribadi yang menonjol, berbakat khusus, dan berpotensi luar biasa dalam mengembangkan kemampuan otak dan pikiran, pada tubuh mereka terdapat persiapan sempurna untuk tumbuh dan berkembang secara dini.
Pada waktu itu, karena Siti Aisyah masih gadis kecil maka yang dilangsungkan baru akad nikah, sedangkan perkawinan akan dilangsungkan dua tahun kemudian. Selama itu pula Beliau belum berkumpul dengan Siti Aisyah. Bahkan Beliau membiarkan Siti Aisyah bermain-main dengan teman-temannya. Kemudian ketika Siti Aisyah berusia 9 tahun, Rasulullah SAW menyempurnakan pernikahannya dengan Siti Aisyah. Dalam pernikahan itu, Rasulullah SAW memberikan mas kawin 500 dirham. Setelah pernikahan itu, Siti Aisyah mulai memasuki rumah tangga Rasulullah SAW.
Dalam hidupnya yang penuh jihad, Siti Aisyah wafat dikarenakan sakit pada usia 66 tahun, bertepatan dengan bulan Ramadhan, tahun ke-58 Hijriah. Ia dimakamkan di Baqi’. Siti Aisyah dimakamkan pada malam itu juga (malam Selasa tanggal 17 Ramadhan) setelah shalat witir. Ketika itu, Abu Hurairah datang lalu menshalati jenazah Siti Aisyah, lalu orang-orang pun berkumpul, para penduduk yang tinggal di kawasan-kawasan atas pun turun dan datang melayat. Tidak ada seorang pun yang ketika itu meninggal dunia dilayat oleh sebegitu banyak orang melebihi pelayat kematian Siti Aisyah.

3.      R.A. KARTINI
Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah seorang bangSAWan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).
Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.
Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.
Pada tanggal 17 september 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25, setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Saat ini mudah-mudahan di Indonesia akan terlahir kembali Kartini-kartini lain yang mau berjuang demi kepentingan orang banyak. Di era Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria bahkan belum diijinkan menentukan jodoh/suami sendiri, dan lain sebagainya.
Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu. Belakangan ini, penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar agak diperdebatkan. Dengan berbagai argumentasi, masing-masing pihak memberikan pendapat masing-masing. Masyarakat yang tidak begitu menyetujui, ada yang hanya tidak merayakan Hari Kartini namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.
Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya. Namun yang lebih ekstrim mengatakan, masih ada pahlawan wanita lain yang lebih hebat daripada RA Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Dan berbagai alasan lainnya. Sedangkan mereka yang pro malah mengatakan Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja melainkan adalah tokoh nasional artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah dalam skop nasional. Sekalipun Sumpah Pemuda belum dicetuskan waktu itu, tapi pikiran-pikirannya tidak terbatas pada daerah kelahiranya atau tanah Jawa saja. Kartini sudah mencapai kedewasaan berpikir nasional sehingga nasionalismenya sudah seperti yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda 1928.
Terlepas dari pro kontra tersebut, dalam sejarah bangsa ini kita banyak mengenal nama-nama pahlawan wanita kita seperti Cut Nya’ Dhien, Cut Mutiah, Nyi. Ageng Serang, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Ny. Walandouw Maramis, Christina Martha Tiahohu, dan lainnya. Mereka berjuang di daerah, pada waktu, dan dengan cara yang berbeda. Ada yang berjuang di Aceh, Jawa, Maluku, Menado dan lainnya. Ada yang berjuang pada zaman penjajahan Belanda, pada zaman penjajahan Jepang, atau setelah kemerdekaan. Ada yang berjuang dengan mengangkat senjata, ada yang melalui pendidikan, ada yang melalui organisasi maupun cara lainnya. Mereka semua adalah pejuang-pejuang bangsa, pahlawan-pahlawan bangsa yang patut kita hormati dan teladani.
Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.
                                                 
4.      INDIRA GANDHI
Inilah wanita terkuat Asia yang telah empat kali menduduki tampuk pemerintahan sebagai perdana menteri. Ia lahir dengan nama Indira Priyadarshini Nehru Allahabad, 19 November 1917. Ia menjabat perdana menteri India pada periode 1966-1977 dan periode 1980-1984 sebelum akhirnya mati ditembak oleh pengawalnya sendiri pada tanggal 31 Oktober 1984 (usia 66 tahun).
Indira adalah anak tunggal keluarga tokoh besar Jawaharlal Nehru dengan Kamala. Kelahirannya sempat disambut ogah-ogahan oleh keluarga besarnya yang mengharapkan cucu lelaki. Dalam keyakinan orang-orang India, anak atau cucu pertama “seharusnya” lelaki. Namun, kakeknya, Motilal Nehru, menenangkan mereka dengan mengatakan, “Anak perempuan ini kelak akan lebih baik dari seribu anak lelaki.”
Indira pernah mengungkapkan bahwa di masa kecilnya dia merasa kesepian dan tidak aman. Bukan hanya karena kurang teman sebaya, tetapi juga karena ibunya yang sering sakit-sakitan itu tidak dapat secara penuh menjalankan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga. Indira tumbuh di saat orang tua dan seluruh keluarganya, termasuk Mahatma Gandhi, sibuk berkecimpung di kancah gerakan nasional. Sekolahnya berpindah-pindah dan tidak sistimatis. Indira masih terlalu muda untuk memahami arti surat ayahnya yang datang dari penjara pada awal tahun 1930an (kemudian hari ditulis dalam buku Nehru’s Glimpses of World History). Hanya satu tahun saja di masa-masa itu Indira dapat menikmati enaknya berada dalam organisasi Shantiniketan yang didirikan Rabindranath Tagore, dan satu tahun saat kuliah pendek di Somerville College, Oxford.
Kembali dari Inggris, Indira merombak tradisi lama dengan menikahi seorang pemuda keturunan Persia, Feroze Gandhi, pada tahun 1942. Oleh kolonial Inggris, pasangan itu dipenjarakan secara terpisah di saat gencarnya kebangkitan gerakan Quit India. Setelah itu Indira dan Feroze menetap di Lucknow di mana dia melahirkan Rajiv dan Sanjay, tahun 1944 dan 1946.
Tahun 1946 Indira ditunjuk sebagai perdana menteri ad interim. Memang, lama sebelum akhirnya menjanda tahun 1960, Indira telah terlatih menjadi pembantu dan penasihat terdekat ayahnya, Jawaharlal Nehru, dalam mengatur dan memerintah negara.
Tahun 1955 Indira terpilih dalam Komite Kerja Kongres dan kemudian menjadi Presiden Partai Kongres di tahun 1959. Lima tahun kemudian, wanita bermata elang ini terpilih sebagai perdana menteri India. Banyak pihak yang berkomentar negatif atas terpilihnya Indira. Ia dianggap hanya boneka dari sebuah “sindikat” di jajaran kepemimpinan Partai Kongres.
Pemerintahan Indira Gandhi banyak diwarnai keputusan yang dianggap blunder, misalnya devaluasi mata uang rupee tanpa lebih dulu mempersiapkan keuangan dalam dan luar negerinya. Ia pun membuat miris banyak orang ketika memerintahkan penyerbuan sebuah kuil suci milik kaum Sikh di tahun 1984. Tentara-tentara suruhannya menewaskan 450 orang Sikh. Peristiwa ini dikenang sebagai Peristiwa Kuil Emas.
Pembantaian itulah yang juga mengakhiri riwayat Indira Gandhi. Ia tewas ditembak oleh pengawalnya sendiri, yang tidak lain adalah orang Sikh.

5.      JEANNE D’ARC
Jeanne d’Arc atau Jeanne of Arc (dalam bahasa Inggris) adalah salah satu bab paling heroik dalam sejarah Perang Ratusan Tahun antara Perancis dan Inggris. Di Perancis ia dijuluki La Pucelle yang berarti “sang dara” atau “sang perawan”. Ia seorang gadis anak petani di perbatasan Propinsi Champagne dan Lorraine. Masa kecilnya dihabiskan di ladang membantu ayahnya, sedangkan dari sang ibu ia mendapat pendidikan agama yang kuat serta ketrampilan mengurus rumah tangga.
Memasuki usia remaja, 12 tahun, Jeanne merasa mendapat wangsit dari orang-orang suci utusan Tuhan; St. Michael, St. Catherine, dan St. Margaret. Mereka mengabarkan bahwa sekaranglah saatnya bagi Jeanne untuk membebaskan negerinya dari cengkeraman Inggris dan membantu putra mahkota untuk merebut kembali tahta Kerajaan Prancis. Ketiga orang suci itu juga menyuruh Jeanne untuk memotong rambut panjangnya, mengenakan seragam tentara lelaki dan angkat senjata melawan Inggris.
Tahun 1492 Inggris dengan bantuan sekutunya Burgundi berhasil mencaplok Paris dan seluruh Perancis Utara mulai dari Loire. Perlawanan waktu itu sangat minim akibat kepemimpinan yang payah dan adanya perasaan putus asa di kalangan prajurit. Henry VI dari Inggris mengalahkan Perancis dan mengambil alih kerajaan.
Jeanne mendatangi kapten angkatan perang putra mahkota. Kepada sang kapten dan putra mahkota, Jeanne berjanji akan meraih kemenangan di bawah komandonya. Ia juga menceritakan mengenai “panggilan” para orang suci yang ia terima. Setelah melalui ujian oleh suatu badan yang terdiri dari sekelompok pemuka agama, Jeanne diberi pasukan dan diberi pangkat kapten.
Pada Perang Orleans bulan Mei 1429, Jeanne memimpin pasukannya dan secara mengejutkan, boleh dikata secara ajaib, berhasil mengalahkan Inggris. Dia melanjutkan peperangan melawan musuh di sepanjang perbatasan Loire. Kegagahan pasukan Jeanne membuat musuh ciut nyalinya. Mereka bertempur tak kenal takut, layaknya pasukan dari langit. Sehingga sewaktu dia mengincar pasukan Lord Talbot di Patay, kebanyakan pasukan Inggris dan Commander Sir John Fastolfe menyerah dalam pertempuran. Fastolfe kemudian dicap sebagai pengecut oleh atasannya. Walaupun Lord Talbot berhasil mempertahankan tanah kekuasaannya, dia kalah dalam pertempuran itu dan ditangkap bersama seratus bangsawan Inggris dan kehilangan 1800 tentara.
Charles VII kemudian diangkat menjadi raja Perancis pada tanggal 17 Juli 1429, di Katedral Reims. Pada saat pentahbisan raja, Jeanne mendapat tempat kehormatan setelah raja. Jeanne diberi penghargaan karena berjasa terhadap negerinya.
Pada tahun 1430, Jeanne tertangkap oleh pasukan Burgundi sewaktu mempertahankan Compeigne, dekat Paris, lalu dijual kepada Inggris. Pihak Inggris lantas menyerahkannya untuk diadili di pengadilan gereja Rouen yang dipimpin oleh Pierre Cauchon, seorang pendeta yang pro-Inggris di Beauvais. Jeanne dituntut dengan pasal sebagai tukang sihir dan melawan norma agama, melanggar hukum Tuhan, karena berpakaian lelaki. Jeanne memang belum juga menanggalkan penyamarannya sebagai lelaki sampai ketika ditangkap karena ia merasa belum mendapat wangsit untuk berganti pakaian. Selain itu, penyamaran tersebut dipertahankan juga untuk berjaga-jaga dari kemungkinan diperkosa oleh penjaga penjara. Jeanne tetap dinyatakan bersalah.
Setelah diinterogasi selama empat belas bulan, pada tanggal 30 Mei 1431, Jeanne d’Arc si gadis petani yang gagah berani dan sangat berjasa itu dihukum bakar sampai mati di tengah pasar Rouen. Usianya baru menginjak 19 tahun ketika itu. Bagaimana dengan putra mahkota Charles VII yang pernah ditolongnya hingga mencapai singgasana Prancis? Raja itu tak melakukan apa pun untuk membebaskan gadis pahlawan itu.
Pengadilan ulang pun dilakukan setelah perang berakhir. Paus Kallixtus III mengesahkan proses ini, yang sekarang dikenal sebagai “pengadilan rehabilitasi” atas permintaan Inquisitor-General Jean Brehal dan ibunda Jeanne, Isabelle Romée. Pada tanggal 7 Juli 1456 pengadilan memutuskan bahwa Jeanne dinyatakan tidak bersalah atas semua tuduhan yang ditimpakan padanya. Butuh waktu lebih dari empat ratus tahun untuk benar-benar “mensucikan” nama Jeanne. Tepatnya pada tahun 1920, Paus Benedict XV secara resmi memberinya gelar kehormatan.

6.      EMMELINE PANKHURST
Jika saja wanita dengan lama lahir Emmeline Goulden itu tidak keras kepala, mungkin wanita zaman sekarang tidak akan pernah masuk ke kotak pemilu. Suara wanita hanya akan terdengar di dapur saat memanggil tukang susu atau ketika memarahi anak-anaknya yang nakal. Perjuangan Emmeline yang sudah kenyang keluar-masuk penjara membuat suara wanita menjadi unsur paling menentukan bagi partai politik di seluruh dunia untuk memenangkan pemilu.
Wanita Inggris keturunan Victoria ini lahir di kota Manchester pada tanggal 14 Juli 1858 dengan nama Emmeline Goulden. Di masa kecilnya, ia banyak membaca buku seperti Uncle Tom’s Cabin, karya-karya John Bunyan, dan bacaan mengenai kaum pejuang di Inggris. Ayahnya adalah seorang yang terbuka, teatrikal, dan sering memperagakan berbagai karakter teater di hadapan keluarganya. Dari ayahnya ini Emmeline banyak belajar teknik-teknik berpidato yang penuh semangat dan bisa mempengaruhi orang.
Emmeline menikah dengan seorang pengacara cemerlang Richard Pankhurst. Waktu itu Emmeline berumur 20 tahun dan Richard 40 tahun. Kawin dengan seorang pengacara membuat pemikiran Emmeline berkembang pesat, terbuka, dan mempunyai kesadaran baru. Emmeline melahirkan lima anak, tetapi dua anak lelakinya meninggal waktu kecil. Dan ketika kematian mendadak menimpa suaminya tahun 1898, Emmeline terpaksa harus hidup sendiri dengan anak-anak yang masih kecil.
Keberhasilannya bertahan sebagai orang tua tunggal, menghilangkan rasa takut terhadap sistem masyarakat yang selama ini dipendamnya. Seperti negara-negara kerajaan lainnya, kehidupan bernegara di Inggris masih sangat feodal. Mungkin sudah watak orang Victoria untuk tidak tunduk begitu saja pada sebuah aturan sehingga Emmeline merasa peraturan itu harus dirombak.
Bersama anak perempuannya Christabel, Emmeline mengawali perjuangannya dengan mendirikan Serikat Sosial Politik Wanita pada tahun 1903. Perjuangan ini baru intensif tahun 1905 setelah Emmeline mengadopsi lebih banyak lagi pemikiran-pemikiran dari Revolusi Perancis. Perjuangan ini mengandalkan simbol dan rasa simpati. Mereka memberi selamat pada setiap orang yang baru keluar penjara. Mereka melakukan protes dengan menyematkan setangkai bunga di baju setiap orang yang lalu-lalang.
Di masa perjuangannya, Emmeline dijuluki agitator oleh penguasa; bukan karena dia seorang kriminal, tapi lebih karena semangat kepemimpinannya. Lobi-lobi politik yang dilancarkan Emmeline menyentuh seluruh lapisan masyarakat wanita. Hasilnya, gelombang protes pada penguasa bertambah marak dan sempat menghangatkan Inggris selama selang 1905-1914.
Respon dari polisi dan hakim terhadap gelombang protes cenderung berlebihan. Penjara wanita penuh oleh pemrotes. Setiap mengeluarkan penyataan protes, Emmeline langsung ditangkap dan dipenjara. Di tahun 1912 saja, di usianya yang sudah 54 tahun, Emmeline sampai dua belas kali keluar-masuk penjara.
“Militansi yang dilakukan pria telah menumpahkan darah di mana-mana. Tetapi, militansi wanita tidak menghilangkan jiwa, malah menyelamatkannya. Tak ada alasan untuk menentang persamaan hak wanita”, kata Emmeline dalam pernyataannya yang memukul balik pemerintah yang serba laki-laki waktu itu.
Tahun 1914 Emmeline mengalihkan perjuangannya untuk membantu Inggris dalam Perang Dunia I. Empat tahun kemudian perjuangannya membuahkan hasil. Wanita di atas usia 30 tahun dinyatakan berhak untuk memilih. Tapi usia 30 oleh Emmeline dirasa terlalu tua. Di usia itu wanita cenderung sudah tidak produktif lagi. Perjuangannya berlanjut hingga akhirnya wanita Inggris boleh memilih pada usia yang lebih muda lagi yaitu 21 tahun, bersamaan dengan meninggalnya Emmeline pada 14 Juni 1928.
Perjuangan Emmeline telah mengubah tatanan pemilihan umum hampir di seluruh dunia. Bahkan Amerika Serikat sudah mengadopsi pemikiran Emmiline lebih dulu dengan dibolehkannya wanita memilih pada pemilu 1920. Semenjak itulah, bilik-bilik pemilu tidak melulu dipenuhi kaum lelaki, tetapi juga oleh ibu-ibu dan wanita dewasa di seluruh dunia. Seharusnya para politisi lelaki tahu sejak dulu bahwa jumlah wanita memang lebih banyak dari pria. Butuh seorang Emmeline Pankhurst untuk membuat kita sadar.

7.      MARGARET THATCHER
Wanita bernama lengkap Margaret Hilda Roberts adalah perdana menteri wanita pertama di Kerajaan Inggris. Posisi itu dipertahankannya selama tiga periode (1979-1990), meninggalkan banyak kenangan dan catatan sejarah di pergaulan internasional. Terlahir dengan nama Margaret Hilda Roberts di Grantham, Inggris, 13 Oktober 1925, anak kedua dari seorang grosir sayur-mayur dan penjahit pakaian.
Selain cantik, Margaret cemerlang sejak muda. Ia meraih gelar sarjana dalam ilmu kimia di Sommerville College dan gelar Master of Art dari Universitas Oxford. Tahun 1950 ia bekerja sebagai tenaga ahli riset kimia dan kemudian menikah dengan Denis Thatcher. Dua tahun kemudian ia “menyeberang” profesi menjadi jaksa dengan spesialisasi hukum perpajakan. Langkahnya semakin tak terbendung di bidang politik. Tahun 1959 Margaret terpilih duduk di Majelis Rendah parlemen Inggris. Dari tahun 1970 sampai 1974, dia menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, di mana dia melancarkan serangkaian protes terhadap penghapusan pembagian susu gratis di sekolah-sekolah.
Setelah kubu Konservatif kalah pada tahun 1974, dia menantang Heath (Richard George) yang menjadi perdana menteri sebelumnya untuk menduduki kursi ketua partai (sekaligus pemimpin oposisi). Margaret berhasil menduduki posisi ini pada tahun 1975. Empat tahun kemudian Margaret membawa partainya pada kemenangan dan ia menjadi perdana menteri wanita pertama di Inggris. Komitmennya waktu itu menyembuhkan kemunduran ekonomi Inggris dan mengurangi kekuasaan pemerintah.
Tahun 1982 pasukan Argentina menduduki daerah sekitar Pulau Falkland (Argentina menyebutnya Kepulauan Malvinas), daerah kepulauan yang oleh kedua negara diklaim sebagai wilayah kekuasaannya. Pemerintahan di bawah PM Margaret Thatcher mengirim pasukan untuk merebut Falkland dan berhasil mengalahkan pasukan Argentina.
Didukung kesuksesan politik Pulau Falkland-nya, Thatcher memimpin kubu konservatif dengan menyapu bersih suara pada pemilihan di parlemen dan meraih kemenangan Juni 1983, dengan kebijakan mengentaskan pengangguran. Masalah ini telah menjadi momok yang paling menghantui Inggris selama lebih dari 50 tahun sebelumnya. Margaret juga mendapat dukungan dengan rencana kebijakan privatisasinya. Maka, untuk ke dua kalinya, Margaret terpilih kembali memimpin kerajaan Inggris sebagai pedana menteri.
Oktober 1984, tentara pejuang Republik Irlandia Utara menanam bom di Brighton’s Grand Hotel. Bom itu meledak dan nyaris menewaskan si wanita besi ini. Untunglah dia selamat. Daya tahan Margaret memang luar biasa; baik secara fisik maupun mental. Terbukti, tiga tahun kemudian ia lagi-lagi menang pemilu dan bertahan di posisi perdana menteri.
Selama tahun-tahun Thatcher menjabat perdana menteri, pengangguran meningkat dua kali lipat pada tahun pertama kepemimpinannya. Dia kemudian memperkenalkan ‘skema tunjangan usaha’: proyek untuk merangkul kaum pengangguran. Tapi, alih-alih terbentuk gabungan pengusaha muda dari proyek ini, malah Margaret dipersalahkan karena tidak terjadi perubahan berarti. Meski telah dijanjikan bahwa setiap penganggur yang ikut dalam proyek ini akan menerima 40 pound seminggu, proyek ini tidak berjalan.
Pada periode kedua pemerintahannya, popularitas Margaret menurun tajam dengan perbandingan 26 persen (puas), melawan 70 persen (tidak puas). Berarti dia bukanlah pemimpin yang populer lagi. Keputusannya untuk menggolkan peningkatan pajak masyarakat ditentang habis-habisan oleh publik. Selain itu manuver politiknya ini menghilangkan dukungan dari sebagian anggota partai konservatif sendiri. Demonstrasi anti pemberlakuan peningkatan pajak terbesar terjadi pada 31 Oktober 1990. Massa dengan jumlah sangat besar berdemontrasi di Trafalgar Square, dihadiri banyak sekali pemilih dari kelas menengah, juga pemrotes tetap kubu konservatif, yang akhirnya berbuntut keributan fisik.
Para menteri kemudian mulai memikirkan kebijakan yang merupakan kebalikan dari apa yang dilakukan Margaret. Jelas ini merupakan bendera kekalahan bagi Margaret. Karier politiknya sudah tak mungkin kembali lagi. Dalam kerusuhan antipeningkatan pajak yang baru lalu itu, Margaret kehilangan dukungan konselornya, Nigel Lawson, dan mulai kehilangan kontak dengan partainya. Nigel Lawson mengundurkan diri pada 26 Oktober 1989 sebagai protes atas kebijakan Margaret yang tetap mempertahankan penasehat ekonominya Sir Alan Walters. Sir Alan waktu itu banyak sekali berselisih paham dengan kebijakan konselor Lawson yang menyarankan agar poundsterling Inggris tetap membayangi kebijakan mata uang Jerman, Deutschmark.
Periode pemerintahan 1985-1988 ditandai dengan pertumbuhan yang kuat, tapi pada 1990an, ekonomi Inggris mengalami resesi. Menghadapi musim gugur 1990, hasil jajak pendapat yang bernilai minus bagi Margaret banyak dibicarakan oleh teman-teman Margaret.
Karuan saja tersebar isu yang menyatakan bahwa Margaret akan mengakhiri karier polotiknya dan melebarkan jalan bagi teman-temannya separtai di parlemen untuk memilih pemimpin baru. Isu ini masih sering diperdebatkan sampai sekarang di kubu Konservatif. Menambah isu sebelumnya, di awal 1990 tercatat Margaret sebagai pemimpin negara di Eropa yang paling keras menentang penyatuan mata uang Eropa di bawah Uni Eropa dengan mata uang Euro.
Semua itu dilalui dan dilakukan oleh Margaret dengan kekerasan hati dan ketegaran yang luar biasa. Tidak heran jika wanita yang meninggal di usia 87 tahun pada tanggal 8 April 2013 itu mendapat julukan “wanita besi (Iron Lady)”. Karena hanya seorang berhati besi yang bisa memimpin Kerajaan Inggris, yaitu Margaret Thatcher orangnya.

8.      AUNG SAN SUU KYI
Sebagaimana pendahulunya pemimpin Afrika Selatan, Nelson Mandela, Aung San Suu Kyi dikenal di mata dunia internasional sebagai simbol kepahlawanan dan perlawanan damai terhadap tindak kekerasan negara. Dia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991 saat masih berstatus tahanan rumah selama dua tahun yang kemudian diperpanjang menjadi enam tahun.
Aung San Suu Kyi, 69 tahun, adalah anak pemimpin nasionalis terakhir Myanmar, Jendral Aung San, jenderal yang memimpin perlawanan terhadap kolonialisme Inggris terhadap Myanmar (waktu itu masih bernama Birma). Perjuangan jenderal ini mencapai puncak pada saat berhasil memerdekakan Myanmar tahun 1948. Setelah menamatkan sekolah di Rangoon, Aung San Suu Kyi pindah dan tinggal di India, kemudian pindah lagi ke Inggris untuk kuliah.
Di Inggris inilah kemudian Suu Kyi bertemu dan menikah dengan Michael Aris, seorang akademisi Oxford University. Pria ini kelak banyak membantu sepak-terjang Suu Kyi karena merasa yakin perjuangan yang dilakukan istrinya adalah sebuah takdir. Sebelum menikah Suu Kyi memperingatkan Aris bahwa suatu saat dia harus dan pasti pulang ke Myanmar untuk membela bangsanya dari tirani. Aris mengerti dan berjanji tak akan menghalang-halangi perjuangan Suu Kyi.
“Sebelum menikah saya berjanji pada istri saya bahwa saya tidak akan pernah berdiri di antara istri saya dan negeriny”, kata Aris berjanji.
Perjuangan Suu Kyi mulai kelihatan dalam percaturan politik sejak kembali dari Inggris tahun 1988 bersama suami dan dua anaknya. Nama Suu Kyi cepat terangkat. Dia kemudian menjadi pemimpin gerakan pro-demokrasi setelah terjadi represi brutal militer pada kelompok pro-demokrasi di pertengahan tahun 1988 itu. Gerakan ini dengan segera berganti menjadi partai politik dan menang mayoritas dengan 82 persen suara pada pemilihan umum 1990. Sementera Suu Kyi masih dalam status tahanan rumah untuk masa satu tahun lagi. Rezim militer, bagaimanapun, menolak mengakui kemenangan orang sipil itu, apalagi menyerahkan kekuasaan. Suu Kyi semakin ditekan, demikian pula partainya. Tindakan sewenang-wenang itu mengundang reaksi keras dari dalam negeri dan dunia internasional.
Martin Smith, seorang penulis Myanmar, memberi alasan mengapa Suu Kyi bisa dengan mudah dan secara alami menjadi pemimpin, “Ayahnya adalah pendiri gerakan demokratik. Sehingga Suu Kyi mempunyai silsilah untuk mewarisi tradisi kepemimpinan. Tetapi, tentu yang paling menentukan adalah kemampuan dirinya. Kemampuannya berbicara di depan umum yang menyuarakan demokrasi dan perubahan di Myanmar.”
Perjuangan tanpa kekerasan Suu Kyi banyak diilhami oleh perjuangan hak-hak sipil Martin Luther King di Amerika dan Mahatma Gandhi di India.
Tahun 1995 Suu Kyi dilepas dari tahanan rumah. Namun, secara de facto, kebebasannya untuk bergerak dan berbicara tetap dikekang. Kekerasan terhadap kaum pro-demokrasi pun terus berlanjut seperti yang terjadi di sebagian kecil negara tetangga. Segigih apa pun militer menangkalnya, wanita ramping ini ternyata lebih gigih sampai sekarang. Ia terus berjuang melawan kekuatan senjata.
Hanya sedikit orang yang rela berkorban begitu besar untuk berjuang, salah satunya adalah Aung San Suu Kyi. Dia adalah simbol demokrasi Myanmar. Usahanya pun membuatnya memenangi Nobel Perdamaian pada 1991 atas perjuangan tanpa kekerasan bagi hak asasi manusia. Demi kebebasan rakyat Myanmar, Suu Kyi menghabiskan 15 tahun dalam tahanan dan kehilangan waktu berharganya dengan dua anak dan suaminya, Michael Aris, yang meninggal pada 1999. Penahanannya berakhir pada November 2010. Meskipun dia tidak bisa menerima Nobel karena tengah dipenjara, namun putranya menggambarkan dedikasi sang ibu bagi Myanmar.
"Saya tahu bahwa dia akan mulai dengan mengatakan bahwa ia menerima Hadiah Nobel Perdamaian bukan atas namanya sendiri, melainkan atas nama rakyat Burma. Berbicara sebagai anak, saya pribadi percaya bahwa dengan dedikasi dan pengorbanan pribadi, Beliau telah menjadi simbol yang layak bagi semua rakyat Myanmar."

9.      SUSAN HOCKFIELD
Sebagai presiden perempuan pertama dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Susan Hockfield menunjukkan kepada putrinya bahwa tidak ada batasan untuk dedikasi, kecerdasan, dan kerja keras bagi seorang perempuan.
Seiring dengan posisi bergengsinya di Yale sebagai Profesor Neurobiologi dan Dekan Sekolah Pascasarjana sekaligus presiden dari MIT, penelitian ilmiah Susan berfokus pada kanker otak. Hal itu pun membuatnya menerima berbagai penghargaan atas kontribusi ilmiah dan prestasi profesional. Di bawah kepemimpinannya di MIT, Susan telah menjadi pendukung besar bagi penelitian kolaboratif, terutama di bidang energi, pendidikan, dan kanker.

10.   HADIZATOU MANI
Ketika berusia 12 tahun, Hadizatou Mani dijual keluarganya seharga US$500 untuk dijadikan budak. Ia menghabiskan waktu 10 tahun yang menyakitkan dan baru mendapatkan kebebasannya di usia 22 tahun.
Ia kini masih berjuang untuk para perempuan di tanah airnya, Nigeria, yang terancam perbudakan meski sudah dinyakan ilegal. Hadizatou Mani juga pernah memenangi gugatan terhadap negaranya pada 2008 yang menyatakan bahwa Nigeria tidak menegakkan hukum-hukum kebebasan.
"Saya tahu ini adalah satu-satunya cara untuk melindungi anak saya dari penderitaan yang pernah saya alami. Tidak ada orang yang pantas untuk diperbudak," ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar