29 Oktober 2012

SEMOGA





Dulu...
Daun ini pernah hijau
Daun ini pernah tumbuh
Daun ini pernah mewangi
Daun ini pernah berarti

27 Oktober 2012

IZINKAN AKU KEMBALI


Sejak kekasihnya meninggal delapan bulan yang lalu, Nayla seperti orang yang kehilangan harapan dan cahaya hidup. Dia tenggelam dalam kepedihan dan keputusasaan. Rasa perih di hatinya karena Rizky pergi untuk selama-lamanya, semakin dalam menyeretnya ke jurang keterpurukan.
“Nayla, sampai kapan kamu mau terus seperti ini?” tanya Misha, sahabat terdekat Nayla. Tangannya membelai kepala Nayla yang tiduran di kasurnya.
“Aku juga ngga tau, Sha..” jawab Nayla pelan.
“Sayang, sudah saatnya kamu harus bangkit. Kehilangan Rizky tidak berarti hidupmu berhenti. Rizky sudah tenang di sisi-Nya. Kamu harus melanjutkan hidupmu.”
“Aku ngga tau bagaimana caranya menjalani hidupku tanpa Rizky.”
“Aku tau Rizky itu bagian dari dirimu, tapi dia bukan seluruh hidupmu. Orang tua dan kakak-kakakmu di bawah, aku dan anak-anak, kita semua sangat sayang dan perduli sama kamu. Kita akan selalu ada untuk kamu, Nayla.. Lanjutkanlah hidupmu untuk kita, orang-orang yang selalu mencintaimu.”
“Aku tidak tau harus melangkah ke mana, segalanya sangat gelap. Bagaimana bisa aku melanjutkan hidupku?”
Misha memegang wajah Nayla dan menatapnya. “Pergilah kepada Tuhanmu, Nayla.. Selama ini kamu sudah jauh dari-Nya. Kamu jarang bersujud pada-Nya, sehingga kamu menjadi orang yang sangat rapuh. Memang benar lima tahun kamu bersama Rizky, harapan dan masa depan telah kamu gantungkan padanya. Tapi tidak seharusnya perpisahan ini membuatmu tenggelam sedemikian dalam ke jurang kepedihan, sampai kamu kehilangan semangat begini. Mendekatlah pada Allah, sayang.. DIA yang akan memberimu kekuatan dan menuntunmu keluar dari kegelapan dengan cahaya terang-Nya.”

♥♥♥♥♥♥


ATAS NAMA CINTA

Fila sangat bahagia dengan hidupnya. Setelah tujuh tahun berpacaran, akhirnya dia menikah dengan Ghani, pria tampan yang lebih tua lima tahun darinya. Usai menikah, Fila dan Ghani memilih untuk menetap di Bandung walaupun keluarga mereka berada di Jakarta. Bandung memiliki makna sejarah untuk mereka. Di kota inilah mereka bertemu, saling jatuh cinta, kemudian berpacaran, dan akhirnya menikah.
Satu tahun menikah, kehidupan rumah tangga mereka sangat bahagia dan penuh cinta. Ghani sangat mencintai Fila. Sejak berpacaran hingga menikah, Ghani selalu berusaha membahagiakan Fila. Dia selalu memanjakan Fila dengan perhatian-perhatian kecil tapi bermakna, seperti memasak bubur untuk Fila saat Fila pulang dari rumah sakit dua tahun yang lalu. Dia juga sering meletakkan coklat di dalam tas Fila, karena dia tau Fila sering malas makan siang kalau sedang banyak kerjaan di kantor. Fila sendiri selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Ghani. Dia ingin mengabdikan hidupnya sebagai istri yang berbakti pada Ghani.
Di mata Fila, Ghani adalah pria yang sempurna. Ghani sangat dewasa, baik, sabar, bertanggung jawab, penuh perhatian, sangat perduli, dan selalu bisa membimbingnya. Dia sangat bersyukur, Tuhan sudah mempertemukan dan mempersatukan dia dengan Ghani. Fila yakin, bersama Ghani masa depan yang indah akan dia jelang. Dia siap mengarungi hidup dengan segala rintangan dan cobaan apapun, selama Ghani ada di sisinya. Fila mengakui, sebagian dalam dirinya mungkin lebih, sudah bergantung pada Ghani. Dia tidak bisa membayangkan kalau harus hidup tanpa Ghani nantinya. Fila selalu berdo’a, agar dia bisa menjalani hidup bersama Ghani hingga tua nanti dan berharap agar kelak kematian menjemput mereka bersama-sama. Dengan begitu dia tidak akan pernah merasakan hidup sendiri tanpa Ghani.

♥♥♥♥♥♥



INDAH PADA WAKTUNYA

 Sudah enam tahun Zahra dan Fathir pacaran. Mereka pasangan yang sangat serasi. Yang laki-laki tampan, kaya, dan kuliahnya S2 lulusan luar negeri. Yang perempuan cantik, baik, dan cerdas. Banyak orang yang iri dengan pasangan itu karena selalu rukun dan bahagia. Sejak masih kuliah S1 sampai sudah bekerja hubungan mereka tetap awet dan harmonis.
Tapi banyak yang tidak tau keadaan hubungan mereka yang sebenarnya. Dibalik keharmonisan Zahra dan Fathir, ada restu dari orang tua yang tak kunjung datang melengkapi kebahagiaan mereka. Orang tua Fathir tidak pernah merestui hubungan itu karena keluarga Zahra tidak cukup kaya bagi keluarga Fathir. Zahra hanya lulusan S1 yang bekerja di sebuah bank. Orang tuanya pembuat tempe, tahu, dan krupuk yang disetorkan ke pasar dan tempat makan. Kakak perempuannya sudah menikah dan bekerja di luar kota, adiknya masih kuliah semester dua. Keadaan seperti itu tidak sepadan sama sekali dengan keluarga Fathir yang kaya. Orang tua Fathir pengusaha batik yang sukses, dagangan batiknya tidak hanya laris di dalam dan luar kota tapi juga diekspor ke luar negeri. Fathir dan kakak perempuannya lulusan luar negeri semua dan ikut meneruskan bisnis keluarganya bahkan melebarkan sayap ke bidang lain.
Zahra sudah beberapa kali meminta putus dari Fathir karena tidak mau memaksakan hubungan yang tidak pernah direstui oleh orang tua Fathir. Saat Fathir melanjutkan S2 ke Jepang, Zahra sudah memutuskan komunikasi mereka berdua tapi Fathir terus saja mengejarnya dan tidak mau memutuskan hubungan. Fathir sangat mencintai Zahra, dia tidak mau berpisah dengan perempuan kalem itu. Bagi Fathir, Zahra adalah perempuan yang sempurna karena hatinya sangat baik, sabar, cerdas, tidak silau harta, mandiri, dan dewasa.
Fathir meminta Zahra untuk tetap bertahan dengan hubungan mereka. Dia minta diberi waktu untuk bisa meluluhkan hati kedua orang tuanya sampai mereka mau memberikan restu. Tapi penantian Zahra tak juga berakhir. Bulan demi bulan dan tahun demi tahun berganti, restu dari orang tua Fathir tak kunjung datang. Orang tua Zahra sudah menanyakan kelanjutan hubungan Zahra dengan Fathir. Zahra sudah berusia 25 tahun, sudah bekerja dan punya penghasilan sendiri, sudah saatnya untuk memikirkan pernikahan dan berumah tangga. Orang tua Zahra sudah menunggu-nunggu Fathir untuk membicarakan masa depan hubungannya dengan Zahra secara serius.

♥♥♥♥♥♥


26 Oktober 2012

RINDUKAN CINTAMU, PAPA

Ulang tahun ke-7
“Ya Allah, aku ingin mendapat kado pelukan Papa di ulang tahunku ini.”

Ulang tahun ke-12
“Ya Allah, aku tidak meminta kado apa-apa. Aku hanya ingin Papa memelukku.”

Ulang tahun ke-17
“Ya Allah, di usiaku yang beranjak remaja ini ingin sekali aku merasakan pelukan Papa.”

Ulang tahun ke-25
“Ya Allah, aku selalu mengucapkan do’a yang sama di setiap ulang tahunku. Aku ingin dipeluk oleh Papa.”

Ulang tahun ke-35
“Ya Allah, aku tidak akan pernah berhenti berdo’a dan berharap pada-Mu agar Papa memelukku.”

♥♥♥♥♥♥


Zahwa selalu memanjatkan do’a yang sama di setiap ulang tahunnya. Dia ingin sekali dipeluk oleh Papanya. Dia ingin merasakan kasih sayang dan cinta dari Papanya yang selama ini sangat sIbuk dengan pekerjaan. Sejak Zahwa dan kakaknya masih kecil Papanya jarang berada di rumah. Papanya sering ke luar kota bahkan luar negeri untuk urusan bisnis, sehingga tidak pernah punya waktu untuk keluarga. Zahwa dan Huda hanya dekat dengan Mamanya yang seorang Ibu rumah tangga. Bagi Zahwa dan Huda, Papanya seperti orang lain yang tidak akrab dengan mereka.
Zahwa sudah menikah dan memiliki dua orang anak kembar, Ghaza dan Sabia yang berumur 8 tahun. Sedangkan Huda yang lebih tua empat tahun dari Zahwa, sudah memiliki tiga anak dari istrinya yang cantik keturunan Indo-Jerman.

♥♥♥♥♥♥