27 Februari 2013

DARA

Dara duduk di sebuah sofa coklat yang empuk. Secangkir coklat panas telah tersaji di dekat tangan kanannya. Tangan kirinya memangku dagunya dengan wajah muram tanpa senyuman. Carissa, Risma, dan Elma yang duduk dihadapannya menatapnya dengan penuh rasa pemakluman. Mereka sudah mengerti apa yang sedang dialami oleh Dara.
“Kamu jangan sedih terus gini dong, Dara.. Kita-kita jadi ikutan sedih nih..”
“Aku sudah mencoba untuk cuek, Rissa.. Tapi ngga pernah bisa. Belakangan ini rasa ketidaknyamanan aku semakin kuat. Aku merasa sudah tidak bisa sepemahaman lagi dengan Ayla, Helsi, Terry, dan Mala.”
“Kita ngerti, sayang. Memang pribadi yang berbeda-beda itu tidak mudah untuk disatukan. Sedekat-dekatnya sahabat, pasti suatu saat akan menemukan hal-hal yang tidak sejalan. Itu yang harus kamu pahami.” ucap Elma.
“Selama ini aku terus berusaha untuk memahami. Aku selalu mencoba untuk mengalah dan menerima. Aku memilih untuk diam. Tapi mereka semakin menjadi. Sekarang mereka benar-benar sudah berubah, tidak sama lagi seperti dulu. Entah mengapa bisa begitu.”
“Bukan hanya mereka. Tanpa kamu sadari, kamu pun sebenarnya juga sudah berubah. Setiap orang pasti akan berubah, Dara.. Kondisi, lingkungan, status, pendidikan, pekerjaan, adalah beberapa penyebab seseorang menjadi berubah. Ada yang berubah menjadi lebih baik, ada juga yang menjadi ngga baik. Ada yang berubah lebih matang, ada juga yang menjadi labil. Ada yang berubah lebih maju, ada juga yang menjadi kemunduran. Semuanya tergantung masing-masing orangnya, mau pilih yang mana.” ucap Risma menanggapi.